PONTIANAK – borneoreview.co – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kelas 1 Supadio Pontianak melaporkan adanya peningkatan signifikan jumlah titik panas (hotspot) di wilayah Kalimantan Barat. Hingga 6 September 2024, terpantau sebanyak 2.466 titik panas di beberapa daerah Kalbar, yang memicu kekhawatiran terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
“Kondisi ini memicu kekhawatiran terjadinya karhutla, terutama di 11 kabupaten dan 1 kota yang terpantau memiliki sebaran titik panas signifikan,” ujar Prakirawan Cuaca BMKG Supadio, Fitri, di Sungai Raya, Sabtu (7/9).
Dari total 2.466 titik panas, 169 di antaranya berada dalam kategori risiko rendah, 2.292 dalam kategori menengah, dan satu titik dikategorikan berisiko tinggi.
Kabupaten Sanggau menjadi daerah dengan titik panas terbanyak, mencapai 828, disusul Kabupaten Landak dengan 645 titik, serta Sintang sebanyak 493 titik. Daerah lain yang juga mencatat jumlah titik panas signifikan adalah Kabupaten Sekadau (266 titik), Ketapang (174 titik), dan Kapuas Hulu (109 titik).
Wilayah-wilayah seperti Bengkayang, Kubu Raya, Sambas, Mempawah, serta Kota Pontianak, juga terpantau memiliki titik panas meski dalam jumlah lebih sedikit. Sementara itu, Kota Singkawang dan Kabupaten Kayong Utara tidak terpantau adanya titik panas.
BMKG juga memprediksi adanya potensi hujan dalam beberapa hari ke depan di beberapa wilayah Kalbar. Hujan dengan intensitas ringan hingga lebat diperkirakan turun di wilayah Kapuas Hulu, Sintang, Melawi, Kayong Utara, Ketapang, dan Sanggau pada 6-7 September 2024.
Hingga 6 September pukul 17.22 WIB, citra radar menunjukkan hujan ringan di sebagian Kabupaten Ketapang, meski intensitasnya masih belum merata di wilayah lain.
Peningkatan titik panas ini memicu kewaspadaan dari pemerintah daerah yang terus melakukan patroli dan pemadaman untuk mencegah dampak lebih luas, terutama pada kesehatan dan lingkungan.
BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan mengikuti perkembangan informasi terkait kondisi cuaca dan titik panas di Kalbar guna mengantisipasi ancaman karhutla yang lebih meluas. (Ant)