PONTIANAK, borneoreview.co – Bukan rahasia lagi kalau limbah pertambangan dapat merusak lingkungan dan membawa berbagai dampak yang negatif bagi ekosistem kehidupan.
Bahkan, jangkauan kerusakan itu tidak terbatas di area sekitar lokasi tambang, tapi juga wilayah yang lebih luas, seperti saat limbah mencemari aliran sungai.
Melansir berbagai sumber, Kamis (3/4/2025), setidaknya ada lima limbah tambang yang berbahaya bagi kehidupan.
Apa saja dan seperti apa dampaknya? Berikut penjelasannya:
1. Timbunan
Timbunan sisa pertambangan dapat berupa batu, tanah, atau vegetasi yang muncul dari aktivitas mencari endapan mineral atau bijih logam.
Sering kali hasil galian dari proses penambangan tadi ditumpuk di wilayah yang tak jauh dari area tambang.
Tumpukan batuan, tanah, dan vegetasi sisa berjumlah banyak dapat mengganggu ekosistem di sekitarnya, bahkan merusak tatanan lingkungan hidup.
Apalagi, beberapa elemen beracun meski dalam konsentrasi kecil, seperti merkuri dan lain sebagainya, terkandung dalam timbunan sisa galian.
Beberapa unsur tak beracun, seperti seng dan tembaga, juga dapat mengancam kelestarian satwa liar akuatik.
2. Tailing
Salah satu contoh limbah yang umum dihasilkan oleh daerah pertambangan adalah tailing tambang.
Tailing biasanya terdiri dari batuan yang digiling halus dan limbah yang muncul dari pengolahan mineral.
Tailing tambang dapat mengandung konsentrasi berbagai bahan kimia yang menimbulkan masalah lingkungan.
Limbah tailing bisa mengandung berbagai unsur beracun, terutama arsen (As), merkuri (Hg), timbal (Pb), dan kadmium (Cd).
Sebagai contoh, arsen yang mencemari air minum bisa memicu keracunan hingga kerusakan syaraf dan sel manusia.
3. Air asam
Air yang terpapar oleh berbagai proses penambangan biasanya bersifat asam. Kondisi ini bisa mengakibatkan sumber air tercemar. Proses ini disebut sebagai air asam tambang.
Air asam tambang dihasilkan dari berbagai aktivitas pertambangan dan memiliki tingkat kontaminasi yang berbeda.
Air yang sudah tercemar akan mempengaruhi kualitas hidup manusia maupun fauna yang hidup di sekitarnya.
4. Limbah kimia
Jumlah limbah kimia yang berasal dari proses penambangan jauh lebih rendah volumenya dibandingkan dengan limbah batuan dan tailing, tetapi dapat menimbulkan risiko yang tinggi karena dampak toksisitasnya.
Sebagai contoh, unsur kimia yang umum digunakan dalam ekstraksi emas adalah sianida. Sianida melarutkan emas ke dalam larutan air.
Sianida sangat beracun bagi manusia dan lingkungan. Bahkan sianida dalam dosis rendah dapat menyebabkan kerusakan permanen pada manusia atau hewan.
Bahan kimia yang digunakan untuk pengolahan barang tambang lainnya adalah xanthates (digunakan dalam flotasi), kapur, dan berbagai jenis bahan kimia flokulasi.
5. Air Drainase
Air drainase pertambangan yang keluar dari operasi tambang, seperti kolam tailing, juga termasuk contoh limbah pertambangan.
Izin untuk membuang limbah air tambang perlu didasari data tentang konsentrasi logam atau unsur lain yang mungkin terkandung dalam air ketika dibuang ke alam.
Air limbah tambang mesti dipastikan mencapai kondisi kimiawi yang stabil dan tidak berisiko merusak maupun mencemari lingkungan.***