Sebanyak 300 Orangutan Kalimantan Menunggu Waktu Pelepasliaran

PALANGKARAYA, borneoreview.co – Sebanyak 300 orangutan Kalimantan saat ini sedang menunggu waktu pelepasliaran. Saat ini ratusan hewan itu masih dalam perawatan.

Karena itu, Ketua Pengurus Yayasan Borneo Orangutan Survival (BOS) Jamartin Sihite mengatakan butuh kerja sama yang erat dari semua pihak agar pelepasliaran orangutan Kalimantan itu sukses.

“Orangutan yang diselamatkan mendapatkan perawatan intensif dan belajar keterampilan dasar yang sangat penting untuk pemulihan dari trauma,” katanya saat dikonfirmasi dari Palangkaraya, Rabu (21/8/2024).

Dalam melaksanakan upaya konservasi, BOS selalu bekerja sama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), baik di Kalimantan Timur maupun Kalimantan Tengah.

Proses rehabilitasi diawali di Sekolah Hutan, tempat mereka belajar memanjat, mencari makan, dan berinteraksi dengan sesama orangutan, serta mempersiapkan diri untuk dapat hidup mandiri di alam liar.

Para individu orangutan Kalimantan yang dalam perawatan tersebut, sebagian hasil penyelamatan dampak konflik satwa dengan manusia. Usia satwa ini ada yang belia hingga dewasa.

“Sejak didirikan tahun 1991, Yayasan BOS, telah ada 533 individu orangutan yang dilepasliarkan,” kata Jamartin.

Dia menerangkan wilayah pelepasliaran orangutan meliputi Hutan Lindung Bukit Batikap, Kalimantan Tengah dengan luas 35,000 hektare, Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya Kalimantan Tengah seluar 27,472 hektare, dan Hutan Konsesi Restorasi Ekosistem Kehje Sewen, Kalimantan Timur seluas 86,593 hektare.

Dia mengatakan Hari Orangutan momen tepat untuk merenungkan perjalanan konservasi yang secara bersama-sama dikerjakan dan diperjuangkan. Setiap orangutan yang berhasil kembali ke habitat sebagai hasil kerja keras dan dedikasi semua pihak.

“Mari kita teruskan komitmen bersama untuk masa depan yang lebih baik bagi orang utan dan hutan tempat mereka hidup,” katanya.

Dia mengatakan upaya konservasi tanggung jawab bersama yang hanya dapat terwujud melalui kolaborasi antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), sektor swasta, dan masyarakat umum.

“Dengan kerja sama yang solid, kita dapat melindungi dan melestarikan hutan serta spesies yang ada di dalamnya,” kata Jamartin.

Dia pun mengajak semua pihak terus berpartisipasi dan memberikan dukungan demi keberlangsungan hidup orangutan.

Kepala BKSDA Kalteng Persada Agussetia Sitepu mengatakan bahwa bermitra dengan organisasi nonpemerintah, seperti BOS, salah satu upaya mengoptimalkan  program konservasi.

“Dalam rangka konservasi dan mencegah konflik antara manusia dan orangutan, diperlukan pendekatan yang holistik yang melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah, organisasi non-pemerintah, perusahaan, dan masyarakat lokal,” katanya. (Ant)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *