Kutu Rambut: Monyet Ekor Merah Pun Dikerahkan Cari Kutu Ini

Kutu Rambut atau Ulex irritans,

PONTIANAK, borneoreview.co – Salah satu penyakit di masa kecil yang sering terjadi akibat kenakalan yang berkombinasi dengan kejorokan adalah terkena hama kutu rambut.

Serangan hama kutu rambut, biasanya berkomplikasi dengan panu atau biku (bisul di kuku), atau dapat pula saat sembuh yang satu akan bergantian terkena yang lain.

Apalagi, pada saat itu, pola hidup bersih belum dianggap penting bagi kebanyakan anak sebayaku. Hama kutu rambut sungguh mengganggu, terutama saat hendak berkonsentrasi belajar.

Kutu rambut atau bahasa latinnya Ulex irritans, merupakan serangga kecil yang hidup secara parasit di rambut manusia.

Hama ini gemar menghisap darah, yang mengakibatkan rasa gatal di kulit kepala. Gatal ini disebabkan oleh zat yang terkandung di dalam air liurnya.

Kutu yang tak memiliki sayap ini, saat dewasa berwarna coklat dan memiliki bagian mulut, yang dapat menusuk untuk digunakan menghisap darah inangnya.

Serangga kecil ini diperkirakan berasal dari Amerika Selatan dengan inang asalnya sejenis rodensia dan babi yang didomestikasi, sebelum menyebar ke seluruh dunia.

Perkembangbiakan kutu ini sangat cepat. Wajar, sebagian besar serangga memiliki tipe regenerasi R sebagai strategi adaptasinya, yang berkembang secara banyak dengan interval pendek, namun anakan yang direproduksi tak dirawat dengan baik.

Kutu betina dapat bertelur setiap hari. Telur dapat mencapai enam telur. Telur-telur ini direkatkan di rambut dengan kuat, agar tidak mudah lepas dan akan menetas kira-kira 8 hari kemudian.

Jaman kecil dahulu, aktivitas kami yang lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah bersama teman-teman, membuat kami rentan terjangkit serangan kutu rambut.

Permainan-permainan bersama, kerap terjadi kontak fisik yang mempermudah perpindahan kutu dan telurnya.

Belum lagi, saat akhir bermain kami sering mandi membersihkan badan di parit bersama-sama. Pakaian yang kami tumpuk atau berenang secara bersama, juga menjadi peluang perpindahan kutu dan telurnya. Masih banyak lagi kemungkinan berpindahnya kutu ini ke rambut kami.

Beragam cara diupayakan untuk menyembuhkan serangan kutu rambut ini. Kalau anak laki-laki, banyak yang kemudian memilih mencukur habis rambutnya, agar tersembuhkan dari hama ini.

Aman semasa rambut pendek, tapi karena tak ada upaya pencegahan, kembali lagi lah kutu rambut itu di saat rambut memanjang.

Buat anak perempuan penyembuhannya lebih sulit. Aku pernah mendapati ada yang rambutnya disemprot insektisida pembasmi nyamuk. Ada yang menggunakan sisir khusus. Ada juga yang menggunakan shampo pembasmi, yang baunya sangat tak nyaman.

Bahkan, ada yang menggunakan monyet ekor panjang peliharaan, untuk mencari kutu dan telurnya.

Sayangnya, fokus upaya penangan kutu sebagian besar masih ke penyembuhannya, bukan upaya menghindari atau mencegah.

Tak ada bedanya, bagaimana kita menghadapi masalah kebakaran hutan. Sudah lebih 25 tahun penanganan kebakaran hutan dan lahan, masih saja terlena tidak serius dalam upaya pencegahan.

Semua pihak terkaitnya gelagapan saat asap sudah menyerang. Beruntung, urusan kutu rambut hanya merugikan satu orang dan lingkungan di sekitarnya. Tidak sebesar masalah karhutla, yang mengakibatkan jutaan orang terganggu.

Penulis: Pahrian Siregar (Alm)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *