JAKARTA, borneoreview.co – Industri pertambangan tidak lagi dipandang sebagai sektor yang hanya fokus pada eksploitasi sumber daya alam.
Dalam beberapa tahun terakhir, pelaku industri pertambangan mulai menunjukkan komitmen terhadap pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) melalui integrasi program dekarbonisasi ke dalam operasional bisnis.
Holding Industri Pertambangan Indonesia, MIND ID, menjadi salah satu pionir yang serius menjalankan strategi ini.
Corporate Secretary MIND ID, Pria Utama, menyatakan bahwa pihaknya secara proaktif mengintegrasikan program dekarbonisasi ke dalam lini operasional.
Hasilnya, sepanjang 2022 hingga 2024, Grup MIND ID berhasil menurunkan emisi GRK sebesar 838 ribu ton CO₂ ekuivalen (ktCO₂e), melampaui target kumulatif sebesar 711 ktCO₂e. Capaian ini memperlihatkan bahwa industri pertambangan bisa ikut andil dalam penguatan kualitas lingkungan, bukan justru menjadi penyebab utamanya menurun.
Beberapa langkah konkret yang dilakukan perusahaan anggota MIND ID antara lain adalah konversi bahan bakar di fasilitas baking plant PT INALUM dari High-Speed Diesel (HSD) ke Liquefied Natural Gas (LNG), yang berdampak pada penurunan emisi sebesar 3.700 tCO₂e per tahun.
PT Bukit Asam Tbk juga menjalankan elektrifikasi alat berat dan penggunaan metode co-firing dengan biomassa di area pascatambang. Semua inisiatif ini menjadi bukti bahwa transformasi dalam industri pertambangan menuju keberlanjutan bukan sekadar wacana, melainkan sudah mulai terealisasi secara bertahap.
Lebih lanjut, MIND ID mencatat adanya penurunan intensitas emisi dari 0,030 Ton CO2eq/Rp juta pendapatan pada 2023 menjadi 0,024 Ton CO2eq/Rp juta pendapatan pada 2024. Data ini menjadi sinyal bahwa pendekatan operasional berbasis operational excellence di sektor industri pertambangan mampu membawa perubahan signifikan terhadap upaya nasional menekan emisi GRK.
Ke depan, program-program dekarbonisasi seperti ini diharapkan terus berkembang dan diadopsi secara luas oleh pelaku industri lainnya.***