Kesembat: Sesuai Namanya, Pontianak Dikaitkan dengan Makhluk Astral Kuntilanak 

Pemandangan Pelabuhan Seng Hie

PONTIANAK, borneoreview.co – Kota kampong halamanku, Pontianak, diceritakan dahulunya merupakan perkampungan makhluk halus, sejenis kuntilanak.

Kemudian berkat kedigdayaan pendiri kota dan laskarnya, mereka mampu mengusir para penunggu dan menduduki kawasan itu, serta membangun peradaban manusia di sana.

Cerita-cerita tentang keberadaan makhluk astral di kota kampong halaman dulu,  sangat sering terjadi dan mewarnai hari-hari.

Kini, kehebohan kemunculannya mungkin tak lagi seramai dahulu, bisa jadi para makhluk astral ini.

Makhluk astral sudah banyak yang tergusur, atau malah terganggu dengan ramainya manusia yang hidup di kota ini.

Gangguan yang dulu sering melanda adalah pada anak bayi dan balita. Banyak sekali kejadian seorang anak yang awalnya baik-baik saja.

Tiba-tiba mendadak mengalami perubahan perilaku yang tidak seperti biasanya, atau mendadak sakit panas atau rewel, tanpa alasan yang jelas dan logis.

Biasanya, kondisi itu dinamai kesembat atau sawan. Simptom terjadinya kesembat pada seorang anak bisa beragam.

Ada yang jadi rewel, ada yang mudah marah atau merajuk, ada yang gampang kagetan atau sering terjaga saat tidur.

Ada yang jadi penakut dan lebih manja sehingga tak mau jauh dari ibunya. Bahkan, ada yang badannya panas, namun telinga dan telapak kakinya berasa dingin.

Umumnya, orang akan menyimpulkan seorang anak yang kesembat, saat upaya mengobatinya ke dokter atau mantri, tak memperlihatkan tanda-tanda kesembuhan.

Penyebab kesembat setidaknya dapat dikategorikan menjadi dua hal. Yakni, melanggar pantangan dan ketegoran makhluk astral.

Ada banyak pantangan yang dapat mengakibatkan kesembat. Adalah satunya yang kuingat adalah, lupanya orang tua mandi sepulang dari melayat orang meninggal dan langsung menemui bayinya.

Untuk menghindarinya, banyak orang tua yang percaya dengan menempatkan gunting atau jarum peniti di bawah bantal bayi.

Atau, mengalungkan atau mengikatkan jimat pada sang bayi atau anak. Tak ada penjelasan logisnya memang, namun banyak yang percaya.

Nah, seingatku waktu kecil. Sebagai upaya menyembuhkan dugaaan kesembat, aku atau adikku akan dibawa ke seorang nenek tukang urut yang tinggal tak jauh dari rumah.

Nenek ini akan merapalkan jampi-jampi pada segelas air, kemudian aku atau adikku disuruh meminumnya.

Pernah pula, air itu diminum oleh sang nenek dan kemudian menyemburkan air itu ke mukaku atau adikku.

Terkadang, terapi tadi dikombinasikan sang nenek dengan merapalkan jampi-jampi pada sepotong kunyit, yang kemudian kunyit itu ditarah salah satu sisinya.

Selanjutnya bagian yang ditarah itu diolehkan ke kening membentuk setengah lingkaran dan bagian lengan membentuk gelang.

Sesekali ia juga akan menitipkan sejumlah campuran tertentu, yang didominasi kulit bawang merah, untuk dirabun (dibakar) di rumah kami.

Sulit mencari jastifikasi logis upaya-upaya itu. Namun, seingatku hal-hal tersebut sungguh menolong.***

Penulis: Dr Pahrian Siregar (Alm)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *