Bisnis Sawit Tertua di Indonesia itu Berawal dari Sumatra, Ini Sejarahnya

Bisnis Sawit

PONTIANAK, borneoreview.co – Awal mula kelapa sawit tumbuh di Indonesia adalah di Taman Raya Bogor. Namun, bisnis sawit pertama malah muncul di Pulau Sumatra.

Artinya, perkembangan bisnis sawit di Indonesia berawal dari Sumatra, dari perkebunan atau penanaman secara masal hingga pendirian pabrik kelapa sawit.

Bisnis sawit yang bermula sebelum Indonesia merdeka tersebut kemudian semakin masif hingga penyebarannya nyaris mencapai ke semua wilayah negeri ini.

Melansir berbagai sumber, Selasa (5/8/2025), semua berawal dari empat benih kelapa sawit yang dibawa oleh Dr. D. T. Pryce, yang terdiri dari dua benih Bourbon-Mauritius dan dua benih dari Amsterdam (jenis Dura) untuk dijadikan sebagai tumbuhan koleksi Kebun Raya Bogor pada 1848.

Biji kelapa sawit dari Kebun Raya Bogor tersebut, kemudian disebarkan untuk ditanam menjadi tanaman hias (ornamental) sekaligus “uji lokasi” di Pulau Jawa, Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku, hingga Sumatra khususnya di perkebunan tembakau Deli.

Lalu, ada uji coba pembudidayaan kelapa sawit dilakukan di distrik Deli oleh Deli Maatschappij pada 1878 dengan kebun seluas 0,4 hektare.

Manajer Deli Maatschappij, J. Kroll, melaporkan hasil uji coba tersebut cukup menggembirakan di mana produktivitas tanaman kelapa sawit lebih baik dibandingkan perkebunan di Afrika Barat sebagai habitat asalnya.

Setelah uji coba pembudidayaan tersebut berkembang cukup pesat, perkebunan kelapa sawit kemudian diusahakan secara komersial pertama kali pada tahun 1911 oleh perusahaan Belgia di Pulau Raja (Asahan, Sumatra Utara) dan Sungai Liput (Aceh Tamiang, Aceh).

Hal ini menjadikan tahun 1911 dianggap sebagai sejarah awal perkebunan kelapa
sawit komersial di Indonesia.

Selain perusahaan Belgia, perusahaan Jerman juga membuka usaha perkebunan kelapa sawit di Tanah Itam Ulu (Batu Bara, Sumatra Utara) pada tahun yang sama.

Langkah investor Belgia dan Jerman kemudian diikuti oleh investor Belanda dan Inggris.

Jumlah perusahaan perkebunan kelapa sawit terus berkembang dari 19 perusahaan pada 1916 meningkat menjadi 34 perusahaan  tahun 1920.

Pabrik Kelapa Sawit (PKS) pertama di Indonesia pun dibangun di Sungai Liput pada 1918 kemudian di Tanah Itam Ulu pada 1922.

Sebagai informasi, selama masa kolonial hingga era Orde Lama, perkembangan perkebunan kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh dinamika politik di Indonesia.

Proses perubahan kekuasaan dari Pemerintah Kolonial kepada Pemerintah Indonesia juga disertai dengan proses nasionalisasi perkebunan milik kolonial dan swasta asing yang kemudian menjadi cikal-bakal badan usaha milik negara (BUMN) perkebunan di Indonesia.

Terlepas dari itu, yang jelas, terjadi perluasan luas perkebunan kelapa sawit Indonesia dari sekitar 294,5 ribu hektare pada 1980 menjadi sekitar 16,38 juta hektare pada 2021.

Demikian juga dengan volume produksi CPO,meningkat dari sekitar 721,2 ribu ton menjadi 49,7 juta ton pada periode yang sama.

Selain pertumbuhannya yang revolusioner, hal lain yang mengesankan adalah pertumbuhan perkebunan kelapa sawit rakyat yang relatif cepat.

Selama periode 1980-2021, pangsa perkebunan kelapa sawit rakyat meningkat dari hanya sekitar 2 persen menjadi 40 persen.

Pangsa perkebunan kelapa sawit swasta juga meningkat dari 30 persen menjadi 56 persen.

Sementara itu, meskipun luas perkebunan kelapa sawit negara secara absolut meningkat, namun pangsanya menurun dari 68 persen menjadi 4 persen.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *