Tato Babal: Getah Pohon Nangka Bikin Tubuh Lebih Gahar

Tato

PONTIANAK, borneoreview.co – Kurasa hampir tak ada orang di Nusantara, yang tak mengenal tanaman dan buah nangka.

Hampir di seluruh pelosok negeri ada saja yang membudidayakan tanaman, yang memiliki nama latin Artocarpus heterophyllus, dan masuk ke dalam suku Moraceae ini, baik sebagai tanaman pekarangan maupun di kebun.

Buah nangka muda kerap dijadikan lauk pauk, sebut saja gulai nangka di Sumatera, sayur asam di tatar Sunda, lodeh, gudeg dan megono di komunitas Jawa.

Buah tua segarnya, tentu saja enak dimakan secara langsung. Pun, diolah menjadi nangka goreng tepung, keripik, selai, dan dodol.

Atau, dapat pula dijadikan campuran es, dijus atau dijadikan campuran kolak.

Biji tanaman tropis yang diperkirakan, awalnya berasal dari India ini, juga dapat dikonsumsi setelah direbus atau diolah lebih lanjut.

Di masa kecilku di kampong halaman, Pontianak, di sekitar tempatku tinggal, terdapat beberapa pohon nangka.

Karena rindang, pohon nangka sering menjadi tempat anak-anak sebayaku bermain. Jika sedang dipangkas oleh pemiliknya.

Kami sering memanfaatkan daun-daun hasil pemangkasan untuk dijadikan bahan pembuat mahkota.

Bentuk mahkota yang dibuat hanya berdasarkan kiraan dan imajinasi kami saja. Daun-daun itu kami satukan dengan mengunakan lidi kelapa.

Jika sudah jadi, terkadang kami gunakan sebagai pendukung permainan lainnya. Seperti, bermain peran berlatar kerajaan.

Ada permainan lain yang memanfaatkan bahan-bahan dari pohon nangka. Yakni, tato-tatoan.

Bahan tato tak permanen ini adalah getah daun dan babal nangka. Yang merupakan buah muda nangka yang membusuk dan berwarna hitam.

Caranya sederhana, huruf atau bentuk tato kita gambarkan di bagian tubuh dengan menggunakan getah daun nangka.

Setelah bentuk yang diinginkan jadi, babal yang sudah kita petik ditepuktepukkan ke atas huruf atau bentuk tato, agar warna hitam dari babal berpindah dan tertempel di getak.

Bukan main rasanya, saat desain tato timbul dan berhasil. Asalkan tidak terkena air, tato-tatoan ini dapat tetap bertahan.

Meskipun tak bermodal apa-apa dan hanya menggunakan bahan gratisan, ternyata kreativitas dan imajinasi kami di masa kecil, tetap dapat membuat waktu bermainan yang seru.

Penulis: Dr Pahrian Siregar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *