PONTIANAK, borneoreview.co – Tambang Salido merupakan pertambangan emas tertua di Indonesia. Pemilik dan pengelolanya adalah VOC atau Vereenigde Oostindische Compagnie.
Perusahaan Hindia Timur Belanda ini mulai menggarap Tambang Salido pada 1669. Itulah sebab menjadi pertambangan emas tertua di Indonesia.
Proses Tambang Salido menjadi pertambangan emas tertua di Indonesia bahkan dimulai pada 1662, tepatnya ketika VOC menguasai Pulau Cingkuak.
Melansir berbagai sumber, Minggu (17/8/2025), Tambang Sakido berada di Sumatra, tepatnya kawasan Pesisir Selatan, Sumatra Barat.
Tambang Salido atau Tambang Gunung Arum merupakan pertambang emas tertua di Indonesia yang dikelola oleh VOC.
Konsesi dagang VOC membuka tambang emas Salido setelah melakukan Perjanjian Painan.
VOC kemudian berhak menguasai Pulau Cingkuak pada 1662. Setelah menguasai Pulau Cingkuak, VOC semakin mudah menduduki kota Padang.
Pulau Cingkuak ini berperan penting sebagai wilayah perdagangan lada dan pala, sekaligus mengelola tambang emas Salido.
Tambang Emas Salido mulai berjalan sejak tahun 1669, setelah VOC berhasil menguasai Desa Salido Ketek.
Eksploitasi tambang emas ini berada di bawah Commandeur VOC, Horizon Pitt yang menjabat pada 1667 hingga 1678.
VOC mendatangkan ahli tambang ke Salido yang berasal dari Hungaria, yaitu Nicolaas Frederich Fisher dan Johan de Graf.
Para pekerja tambang emas di sini sebagian besar adalah budak yang dibawa VOC dari Madagaskar dan tawanan perang.
Dengan melakukan eksploitasi, tambang emas Salido menyumbang keuntungan besar bagi VOC.
Pada 1732, dilaporkan rata-rata per ton batu tambang mengandung biji emas senilai 1.350 gulden.
Berdasarkan studi R.J Verbeek yang ditulis di tahun 1880, Tambang Salido Ketek menghasilkan 800 ton biji emas antara 1669 hingga 1735 dengan nilai rata-rata 1.500 gulden per ton.
Setelah hampir 150 tahun dieksploitasi oleh VOC, sekarang Tambang Salido hanya tertinggal peninggalannya saja, seperti pembangkit listrik tenaga air yang dibangun oleh Belanda dan anak tangga yang jumlahnya sekitar 300 buah.
Kemudian di bagian hulunya terdapat sebuah terowongan dengan panjang kira-kira 500 meter yang dilengkapi jembatan air di bagian atasnya.
Pembuatan jembatan air itu berfungsi menyalurkan air di atas sebuah lembah di perbukitan Salido.***
