Main Kartu Gambar: Kartu Gacok Dilambungkan hingga Ada Pemenang

Main Kartu

PONTIANAK, borneoreview.co – Tidak semua permainan di masa kecil di kampong halaman, Pontianak yang gratisan. Ada juga yang harus dibeli, agar dapat memainkannya.

Tentunya, membeli dengan menyisihkan uang jajan atau uang angpau, hasil nanggok di hari raya.

Karena jumlahnya yang terbatas, mainan yang aku dan teman-teman sebayaku beli pun yang terjangkau saja.

Juga berpotensi bertambah jumlahnya, saat dapat memenangkan pertandingan yang menggunakan mainan tersebut.

Salah satu mainan yang masuk kategori tersebut adalah kartu gambar atau di tempat lain dikenal sebagai gambaran atau gebor, yang saat ini sudah sulit dicari.

Kartu gambar diperjualbelikan dalam bentuk lembaran, dimana sisi atasnya terdapat gambar berwarna dan dilapis pelindung cat.

Sisi belakangnya terdapat gambar rambu-rambu lalu lintas yang dicetak hitam putih. Satu lembar kartu berwarna terbagi atas 36 kotak.

Isi gambar atasnya beragam, mulai serial buah-buahan, flora atau fauna, rangkaian cerita komik bergambar, hingga rangkaian potongan-potongan film yang populer di era 1980-an.

Lembar kartu gambar akan dipotong sesuai garis-garis pembaginya. Baru kemudian dapat dimainkan.

Ada dua model permainan yang sering kami mainkan di kampong halaman. Yakni, main lambung dan main kartu.

Permainan lambung dimainkan dengan kesepakatan jumlah kartu yang dipasangkan dalam setiap putaran, yang akan menjadi milik sang pemenang.

Sementara, pada permainan kartu, taruhannya berupa hukuman bagi yang kalah.

Hukuman dapat berupa disuruh minum air, telingga digantungi jemuran pakaian, disentil buku jarinya atau bentuk hukuman lainnya.

Permainan kartu dapat berupa adu nilai kartu terbesar di kartu terbawah.

Dari sebuah tumpukan kartu atau penjumlahan terbesar dari angka terakhir. Dua buah kartu dibagikan ke pemain.

Ada aturan dasar permainan lambung kartu gambar yang sering kami mainkan.

Aturannya, memperlombakan gacok yang paling lama bertahan hidup dari ulangan lambungan yang dilakukan.

Permainan ini dapat dimainkan oleh 2 hingga 5 orang peserta. Dimana masing-masing peserta akan mengikutkan dua lembar kartu gambar gacok-nya.

Kartu gajok agak dilengkungkan sedikit pinggirannya ke arah bagian atas.

Para setiap putarannya, gacok-gacok semua pemain dikumpulkah dan kemudian dilambungkan.

Gacok yang jatuh dengan permukaan bergambar berwarna di atas dinyatakan hidup dan dapat melanjutkan ke ulangan lambungan selanjutnya.

Gacok yang telungkup atau permukaan bergambar tanda lalu lintas dinyatakan mati dan disingkirkan dalam ulangan selanjutnya.

Gacok-gacok yang tersangkut, menempel dengan gacok lain atau jatuh senggereng (pada bagian sisi samping) harus dilambung ulang terlebih dahulu.

Selanjutnya, dapat mengikuti ulangan lambungan selanjutnya.

Ulangan lambungan dilakukan sampai diperoleh gacok pemenang. Jika pemenang sudah didapat.

Peserta lainnya akan membayar sejumlah kartu gambar sesuai pasangan yang disepakati, sebelum memulai putaran baru.

Ada banyak cara yang kami percayai dahulu dapat membuat gacok kami agar sering menang.

Ada yang melengkungkan gacoknya berkali-kali. Ada yang meniup-niup gacoknya. Ada yang membasahi bagian belakang gacoknya, kemudian menjemurnya diterik Matahari.

Ada yang mengoles lilin di bagian belakang gacoknya, dan beragam cara lainnya.

Permainan ini semakin seru, jika ada beberapa pemain yang juga menjiwai kartu yang dijadikan jacoknya.

Mereka kadang bergaya bak jagoan yang ada digacoknya, menyerang dengan kata-kata jagoan lain yang ada di gacok lawannya.

Ah, imajinasi-imajinasi liar kanak-kanak itu begitu serunya, pun tawa dan canda yang mengiringnya.***

Penulis: Dr Pahrian Siregar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *