Borneo Forum 2025: Pengembangan Teknologi dan Dukungan CSR Bagi Pengembangan Industri Perkebunan

Borneo Forum 2025

PONTIANAK, borneoreview.co – Purwadi MS, Direktur Eksekutif Pusat Sains Kelapa Sawit Instiper Yogyakarta memberikan pesan inspiratif dan menggugah generasi muda.

“Anak muda sekarang luar biasa. Jangan sampai petani sawit cuma jadi penonton,” ucapnya mengingatkan.

Era digital, katanya, membuka peluang bagi petani untuk berjejaring, berbagi pengetahuan, dan memasarkan produk.

Jika petani berani melek teknologi, sawit tak hanya jadi komoditas, tapi bagian dari ekosistem ekonomi digital yang inklusif.

Menenun Harapan Borneo

Di balik diskusi serius soal kebun dan produksi, tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) juga menjadi sorotan. HPI Palm Oil Unit, salah satu anggota GAPKI Kalbar, memaparkan empat pilar CSR yang mereka jalankan:

– Pendidikan dan Kebudayaan — mendukung sekolah, guru, pelatihan vokasi, hingga kegiatan keagamaan.

– Sosial Ekonomi — pelatihan UMKM, pembangunan jalan, jembatan, dan pemberdayaan petani kecil.

– Kesehatan — penyuluhan gizi, pencegahan stunting, layanan medis dasar.

– Lingkungan — penanaman pohon, pengadaan air bersih, dan edukasi pelestarian alam.

Proyek besar mereka, pembangunan Jembatan Beguntang di Sintang senilai Rp13 miliar, kini menghubungkan 10 desa sekaligus. Itu bukan sekadar beton dan baja, melainkan simbol keterhubungan antara mimpi dan kenyataan.

Salah satu agenda paling krusial di forum ini adalah soal keberlanjutan lingkungan. Industri sawit tak lagi bisa berjalan dengan logika lama ekspansi tanpa batas.

Penanaman pohon, pengelolaan sampah, dan pengadaan air bersih kini menjadi kewajiban moral. Bukan hanya untuk memenuhi standar global, tapi untuk memastikan generasi berikutnya masih bisa melihat hutan yang sama hijau seperti hari ini.

“Keberlanjutan bukan pilihan,” tegas Paulus Nokus dari HPI Palm Oil. “Ini kebutuhan.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *