PLN dan Petani Kubu Raya Menenun Asa: Ikan dan Jamur Tumbuh Jadi Harapan Baru

Budidaya Ikan

KUBU RAYA, borneoreview.co – Di bawah langit lembap Kubu Raya, deru mesin aerator berpadu dengan suara kodok. Di balik sepuluh pasang mata penuh asa, gemericik air 14 kolam ikan memantulkan cahaya senja.

Selasa, 23 September 2025, menjadi hari yang menorehkan kisah baru PT PLN (Persero) UIP Kalimantan Bagian Barat (KLB) menyalurkan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) senilai Rp372 juta.

Bukan sekadar angka, tetapi denyut harapan yang merambat di nadi petani ikan dan jamur tiram Kelompok Tani Tunas Jaya.

Program electrifying aquaculture ini bukan sekadar ritual tahunan. “Kami ingin menyalakan lampu ekonomi desa, bukan hanya listrik,” tutur Assistant Manager Keuangan PLN UIP KLB, Tigor Youlandert.

Ucapannya lirih, tetapi tegas: mendukung perekonomian warga, menjaga irama alam, dan merajut sinergi dengan program pemerintah.

Tunas Harapan Tumbuh

Kelompok Tani Tunas Jaya bukan nama yang lahir kemarin. Sejak 2018, Rustayim dan sepuluh anggota setianya menyiangi tanah, menakar benih, dan menyulam air.

Dari 7 kolam ikan nila dan 7 kolam ikan lele, kehidupan berputar: lebih dari 40 ribu ekor ikan kini menari di air.

Setiap pekan, satu anggota membawa pulang rata-rata Rp800 ribu—angka sederhana, namun bagi keluarga di tepian Sungai Kapuas, itulah napas.

“Perkembangan ini luar biasa. PLN peduli, pemerintah pun menatap,” ujar Rustayim dengan mata berbinar.

Bantuan itu bukan hanya uang, tapi bukti bahwa desa kecil di pinggir Kalimantan ini didengar.

Jamur Putih Emas

Tak hanya ikan, jamur tiram jadi bintang baru. Di rak-rak kayu lembap, tudung putih merekah bagai awan pagi.

Panen pertama datang pada usia 70 hari, lalu berlanjut tiap dua minggu, hingga empat kali petik dalam tiga hingga empat bulan. Harga jual? Di kelompok Rp35 ribu per kilogram, di pasar bisa melambung sampai Rp50 ribu.

Permintaan tinggi, produksi belum cukup. “Kami masih kekurangan bahan untuk dijual,” kata Rustayim.

Di balik senyum, terselip doa agar dukungan terus mengalir. Sebab dari jamur putih itu, ia membayangkan kesejahteraan yang menetes ke dapur setiap rumah anggota.

Pemerintah Menyapa Hangat

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kubu Raya, Hefmi Rizal, datang membawa semangat serupa.

“Kami menyambut baik kontribusi PLN. Semoga tak berhenti di satu-dua kelompok, tapi meluas ke banyak usaha perikanan lain,” ujarnya.

Dukungan ini, baginya, adalah bukti bahwa energi listrik bisa berubah menjadi energi sosial mendorong desa agar tidak lagi sekadar penonton di tanah sendiri.

Di tepi kolam, anak-anak berlarian, tertawa di sela bau amis air tawar. PLN bukan hanya menyalurkan listrik ke rumah-rumah, tetapi juga menyalakan tekad.

TJSL menjadi jembatan antara perusahaan raksasa dan petani desa, antara kabel-kabel tegangan tinggi dan mimpi kecil di pinggiran Kubu Raya.

Hari itu, matahari tenggelam di balik kabut rawa, menyisakan semburat jingga. Di permukaan kolam, riak air berkilau seperti janji bahwa listrik bukan hanya cahaya di malam hari, melainkan sinar harapan yang menumbuhkan ikan, jamur, dan impian.

Kisah Tunas Jaya Kubu Raya menandai sebuah kenyataan bahwa tanggung jawab sosial bukan jargon brosur, melainkan pelita yang memanjangkan langkah warga desa.

PLN, lewat TJSL, tak hanya menyalakan lampu kota, tetapi juga menyalakan masa depan lebih cemerlang.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *