PONTIANAK, borneoreview.co – Pernah lihat tanaman hias dengan bunga berwarna kuning cerah di perkebunan sawit? Dialah bunga pukul delapan.
Sesuai dengan namanya, bunga pukul delapan memang mulai mekar pada pagi hari, sekitar pukul 08.00 atau 09.00. Dan, saat itulah dia mulai beraksi.
Aksi bunga pukul delapan ini tidak bisa dikatakan sepele, pasalnya dia menjadi istana bagi predator yang membantu memangsa hama ulat api.
Melansir berbagai sumber, Rabu (24/9/2025) sejatinya bunga pukul delapan ini bernama Turnera Subulata.
Bunga ini merupakan spesies bunga dari familia Passifloraceae, yang berasal dari Meksiko dan Hindia Barat.
Manfaat utama dari Turnera Subulata ialah, menjadi istana bagi Sycanus, sejenis predator yang membantu memangsa hama ulat api.
Sycanus menetap dan mendapatkan sumber makanan dari dalam Turnera Subulata.
Nah, hama ulat api kerap kali merugikan para petani karena sering menggerogoti dedaunan yang ada di pohon kelapa sawit.
Berikut tentang bunga pukul delapan yang perlu diketahui:
1. Mengundang Musuh Alami
Turnera subulata memiliki kemampuan luar biasa dalam menarik serangga predator dan parasitoid.
Misalnya, kumbang dari keluarga Coccinellidae (ladybug) serta tawon parasit yang dikenal ampuh memangsa berbagai jenis hama kelapa sawit, seperti ulat api (Setothosea asigna) dan kutu daun.
2. Melindungi Sejak Dini
Bunga ini mekar pada pagi hari. Saat itulah bunga ini mulai mengundang serangga penyerbuk dan predator, memberikan perlindungan alami sejak pagi hingga sore hari.
Kehadiran bunga ini menjaga keseimbangan ekosistem mikro di sekitar perkebunan.
3. Perawatan Mudah
Turnera subulata sangat adaptif. Ia mampu bertahan di kondisi tanah yang relatif kering dan tidak memerlukan perawatan intensif.
Hal ini menjadikannya pilihan ideal untuk ditanam secara tumpang sari di antara barisan tanaman kelapa sawit, terutama di daerah dengan curah hujan rendah.
4. Meningkatkan Biodiversitas
Bunga ini juga berperan penting dalam meningkatkan keanekaragaman hayati (biodiversitas).
Semakin beragam flora dan fauna di perkebunan, semakin stabil pula ekosistemnya.
Ini menjadi fondasi penting dalam pengelolaan perkebunan yang berorientasi pada kelestarian lingkungan.***