Mahasiswa USU Ciptakan Wadah Makanan Ramah Lingkungan dari Limbah Pelepah Kelapa Sawit

Bioflaeis

MEDAN, borneoreview.co –  Tim mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU) melalui Program Kreativitas Mahasiswa-Kewirausahaan berhasil membuat wadah kemasan makanan styrofoam ramah lingkungan diberi nama Bioflaeis, yang terbuat dari limbah pelepah kelapa sawit dan daun pepaya.

Tim mahasiswa USU perancang Bioflaeis itu terdiri Shintia Florensia Silaban, Yeggin Damanik, Feodora Nicole Holongy Sitompul, dan Gita Triani Sinaga, dari Teknik Kimia, serta Letminda Oftavya Purba dari Ekonomi Pembangunan, dengan dosen pembimbing Ilham Perkasa Bako.

Ilham Perkasa Bako di Medan, Senin, (13/10/2025) mengatakan Bioflaeis bukan sekadar karya kewirausahaan, tetapi juga bukti ilmu pengetahuan dapat menjawab persoalan sehari-hari.

“Bioflaeis menunjukkan bahwa kreativitas mahasiswa bisa menjembatani sains, teknologi, dan kebutuhan masyarakat. Dari bahan yang sering dianggap sampah, lahir produk bernilai yang ramah lingkungan,” ujarnya.

Menurutnya, hal itu adalah esensi pendidikan tinggi, tidak hanya melahirkan teori, tetapi juga solusi yang membumi dan berdampak langsung.

Ia mengatakan produk itu sudah siap untuk dipasarkan dan mereka memanfaatkan kekuatan media sosial dan promosi langsung ke pelaku UMKM kuliner, kafe, dan restoran. Strategi itu dipilih karena konsumen muda dan usaha makanan kecil menengah kini semakin peka terhadap gaya hidup berkelanjutan.

Dengan pendekatan ini, lanjutnya, Bioflaeis diharapkan lebih cepat dikenal, diterima, dan membuka ruang kolaborasi dengan industri yang peduli lingkungan.

Kedepannya, tim berambisi mengembangkan Bioflaeis lebih luas dengan menggandeng lebih banyak pelaku usaha, masyarakat, serta mitra lokal.

Dukungan berbagai pihak diyakini dapat memperkuat posisi Bioflaeis sebagai solusi nyata dalam mengurangi limbah plastik, sekaligus mengoptimalkan potensi limbah pertanian Indonesia.

Sebagai kemasan ramah lingkungan dan berkelanjutan, kata dia, ide itu lahir dari keprihatinan terhadap sampah nasional Indonesia, termasuk sampah plastik sekali pakai. Di sisi lain, penggunaan plastik jenis styrofoam tergolong tinggi padahal mengandung zat berbahaya yang bersifat karsinogenik.

Tim mahasiswa melihat peluang dari limbah yang kerap terabaikan.

Pelepah kelapa sawit yang biasanya hanya menumpuk ternyata kaya selulosa dan hemiselulosa, sementara daun pepaya yang produksinya melimpah, namun jarang dimanfaatkan menyimpan senyawa bioaktif dengan sifat antibakteri dan antijamur.

Kedua bahan baku ini kemudian dikombinasikan menjadi Bioflaeis, kemasan makanan ramah lingkungan yang tidak hanya mudah terurai (biodegradable), tetapi juga mampu menjaga kualitas daya simpan makanan, menjadikannya solusi inovatif untuk menggantikan plastik dan styrofoam sekali pakai.

Bioflaeis, lanjut dia, diharapkan  hadir sebagai jawaban atas tumpukan sampah plastik, sekaligus memberi nilai baru pada limbah pertanian yang sebelumnya terbuang sia-sia.

Rektor USU Prof. Muryanto Amin menyebutkan pihaknya selalu mendukung dan mendorong peran mahasiswa untuk berinovasi dan mengembangkan solusi yang berkelanjutan khususnya bagi lingkungan.

Muryanto berharap program seperti ini dapat menjadi wadah yang tepat bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmu dan keterampilan mereka dalam menghasilkan Solusi inovatif.

Ia selalu menekankan pentingnya peran perguruan tinggi dalam menciptakan generasi muda yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki kesadaran tinggi terhadap isu-isu global seperti perubahan iklim dan pengelolaan sumber daya alam.

Melalui produk, seperti Bioflaeis, mahasiswa tidak hanya menunjukkan kreativitas, tetapi juga komitmen mereka terhadap kelestarian lingkungan.

Keberhasilan tim Bioflaeis, kata dia, itu diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi lebih banyak inovasi serupa, serta mendukung gerakan global untuk mengurangi penggunaan plastik dan bahan-bahan berbahaya bagi lingkungan.

Dengan terus mendukung inisiatif-inisiatif seperti ini, Rektor Muryanto Amin tidak hanya mendorong kemajuan akademik, tetapi juga memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan keberlanjutan bagi masa depan. (Ant)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *