Oleh: Aceng Mukaram
JAKARTA – borneoreview.co – Asa daya didik bunda. Di sebuah ruang gala temaram namun hangat oleh tepuk tangan, nama Erlina menggema pelan sebelum kemudian pecah menjadi tepukan panjang.
Rabu malam, 12 November 2025, di The Sultan Hotel & Residence Jakarta, Bunda PAUD Provinsi Kalimantan Barat ini menerima penghargaan nasional bergengsi: “Bunda PAUD Peduli PAUD Tahun 2025”.
Penghargaan itu bukan sekadar plakat. Ia terasa seperti pengakuan atas denyut panjang pengabdian. Sebuah validasi atas kerja diam-diam dilakukan perempuan yang lebih akrab disapa “Bunda”.
“Ini bukan trofi untuk saya pribadi. Ini penghargaan untuk ribuan pendidik PAUD yang bekerja di lapangan, untuk para penggerak desa, untuk masyarakat Kalbar yang percaya bahwa fondasi bangsa dimulai dari anak-anak kita,” tutur Erlina malam itu, suaranya bergetar halus namun tegas.
Cara ia menunduk menerima penghargaan lebih mirip seorang ibu yang melihat anaknya berhasil membaca huruf pertama, bukan sosok pejabat publik sedang menerima apresiasi nasional.
Ada aura lembut, namun di baliknya terasa tenaga besar. Tenaga yang lahir dari kesadaran bahwa masa depan daerahnya bergantung pada apa ditanam hari ini di ruang kelas sederhana PAUD dan TK.
Arah Baru Kalbar
Kementerian Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, penggagas penghargaan tersebut, menilai upaya Erlina bukan sekadar program berdiri sendiri, tetapi sebuah orkestrasi.
Di bawah kepemimpinannya, jejaring Bunda PAUD 14 kabupaten/kota di Kalimantan Barat bergerak serempak melatih pendidik, menguatkan layanan PAUD Holistik Integratif (PAUD-HI), memperluas sekolah rujukan inklusif.
Juga memastikan anak-anak tak hanya belajar huruf tetapi juga belajar menjadi manusia kecil yang bahagia.
Penghargaan itu, bagi mantan Kepala Seksi Perdata Kejaksaan Tinggi (Kejati) Kalimantan Barat itu yakin bukan garis akhir.
“Penghargaan ini energi baru untuk berlari lebih kencang. Mandat kami jelas akses dan mutu layanan PAUD tidak boleh berhenti,” ucap perempuan kelahiran Kota Pontianak 14 April 1970 ini.
Dalam tutur yang tenang, Erlina selalu menempatkan peran Bunda PAUD bukan sebagai figur simbolis, melainkan mesin koordinasi.
Tugasnya melingkupi pemetaan mutu layanan PAUD, pendampingan program gizi, hingga memastikan guru-guru PAUD tak berjalan sendirian.
Di balik rangkaian program itu, ada filosofi sederhana masa emas anak hanya datang sekali. Pada fase itu, setiap rangsang, perhatian, dan pelukan menjadi batu bata pertama pembangunan karakter seorang manusia.
Ruang Tumbuh Anak
Beberapa pekan sebelum menerima penghargaan nasional, pada Jumat 3 Oktober 2025, Erlina berkunjung ke TK Negeri Pembina Kabupaten Mempawah.
Sekolah itu menjadi pelaksana PAUD Holistik Integratif sekaligus rujukan PAUD inklusif.
Di teras sekolah sederhana yang dihiasi gambar daun-daun dan pelangi, anak-anak berlarian tanpa pretensi apa pun.
Di sana, istri dari Gubernur Kalimantan Barat periode 2025–2030, Ria Norsan, ini menatap mereka satu-satu, seakan ingin memastikan setiap anak punya ruang tumbuh yang layak.
“Satu tahun PAUD sebelum SD bukan soal mengenal huruf dan angka. Ini soal membangun pondasi karakter, kepercayaan diri, dan kebahagiaan,” ucapnya kepada para guru.
Lalu ia menambahkan hal yang sering dilupakan para orang dewasa yang sibuk mengejar target belajar.
“Guru menanamkan ilmu, orang tua menumbuhkan kasih sayang. Keduanya saling melengkapi,” tutur Bupati Mempawah itu.
Kepada anak-anak, ia menekuk lututnya hingga sejajar dengan pandangan mata mereka.
“Kalian adalah masa depan Kalimantan Barat dan Indonesia,” ujarnya sembari tersenyum, membuat beberapa anak spontan memeluk boneka kain di tangan.
Di momen itu terlihat jelas, penghargaan nasional bukan datang dari wacana besar, melainkan dari konsistensi hadir di ruang-ruang kecil seperti ini.
PAUD Holistik Integratif

Langkah Erlina menguatkan PAUD-HI mencakup empat dimensi penting:
Pertama, pendidikan untuk memastikan kurikulum menyentuh ranah kognitif, sosial, dan emosional.
Kedua, kesehatan memastikan anak mendapat pemantauan tumbuh kembang yang rutin.
Ketiga, gizi melalui program makanan bergizi di PAUD.
Keempat, pengasuhan dengan mengajak orang tua ikut belajar dalam kelas parenting.
Inilah model PAUD yang memandang anak secara utuh. Bukan sekadar peserta didik, melainkan manusia kecil dengan kebutuhan yang harus dipenuhi secara serempak.
Gerak Bersama Guru
Salah satu keberhasilan besar tim Bunda PAUD Kalbar di masa kepemimpinan Erlina adalah peningkatan kualitas SDM pendidik PAUD.
Pelatihan dilakukan berkala, diarahkan bukan hanya pada metode pembelajaran, tetapi juga kompetensi pengasuhan dan literasi play-based learning.
Guru PAUD, menurut Erlina, memerlukan sentuhan yang berbeda. Pekerjaan mereka bukan sekadar mengajar melainkan merawat emosi, menguatkan karakter, membangun kepercayaan diri anak, dan memastikan setiap sesi bermain adalah jendela belajar.
Ia menyadari betul bahwa banyak PAUD di desa membutuhkan sarana. Maka bantuan APE (alat permainan edukatif) dan alat bantu pembelajaran menjadi salah satu fokus. Bagi sebagian sekolah, APE adalah jantung kegiatan.
Tanpa itu, kelas PAUD mudah berubah menjadi kumpulan bangku hampa yang tak menarik minat belajar anak.
Program makanan bergizi juga diperkuat. Anak-anak usia dini, kata Erlina, tak bisa dituntut fokus jika perut mereka kosong atau tumbuh kembangnya tidak terpantau baik.
Itulah sebabnya Bunda PAUD Kalbar menggandeng berbagai mitra untuk memastikan asupan gizi seimbang tercapai.
Dari Provinsi ke Desa
Salah satu kekuatan paling terasa dari kepemimpinan Erlina adalah jejaring yang ia rawat.
Bunda PAUD di tingkat kabupaten, kecamatan, hingga kelurahan dikukuhkan secara resmi, membuat struktur pendampingan lebih jelas.
Koordinasi dengan dinas pendidikan, dinas kesehatan, PKK, dan mitra organisasi lainnya memastikan program PAUD tidak berjalan sendiri-sendiri.
Seperti simpul kain yang saling menguatkan, tiap lembaga menjalankan peran agar PAUD Kalimantan Barat bergerak serempak.
Tujuan akhirnya sederhana namun mendalam melahirkan layanan PAUD berkualitas bagi seluruh anak usia 0–8 tahun. Tanpa kecuali. Tanpa diskriminasi. Termasuk anak-anak dengan kebutuhan khusus.
Anak-Anak Inklusif
Di beberapa sekolah rujukan, seperti TK Negeri Pembina Mempawah, layanan inklusif mulai mendapat ruang.
Anak-anak berkebutuhan khusus tidak lagi ditempatkan di ruang terpisah atau disingkirkan secara halus, melainkan dirangkul sebagai bagian dari kelompok belajar.
Sebagian guru mengaku bahwa kehadiran program pendampingan membuat mereka lebih siap menghadapi keragaman tipe belajar anak.
“Tidak mudah, tetapi sekarang kami punya alat dan pandangan baru,” tutur salah satu guru di saat kunjungan tersebut.
Dalam jangka panjang, layanan inklusif adalah wujud paling konkret dari rasa kemanusiaan. Ia memberi kesempatan yang sama kepada semua anak untuk tumbuh.
Penghargaan nasional kepada Bunda PAUD bukanlah seremoni seremonial cepat dilupakan. Ia adalah pesan simbolik bahwa pembangunan manusia dimulai dari sisi paling dasar: usia dini.
Di Provinsi Kalimantan Barat, daerah luas dan beragam tantangannya, capaian ini menjadi penanda bahwa kerja kolaboratif bisa melahirkan perubahan nyata.
Perubahan yang dimulai bukan dari gedung megah, melainkan dari ruang belajar kecil dengan tembok penuh stiker angka dan huruf.
Generasi Emas Khatulistiwa
Dalam banyak kesempatan, Erlina selalu menekankan bahwa PAUD bukan sekadar jenjang pendidikan, ia adalah fondasi karakter bangsa. Di titik ini, peran Bunda PAUD bukan hanya administratif, tetapi moral.

“Harapan saya, kita tidak pernah lelah melahirkan inovasi. Kita harus memastikan setiap anak dapat tumbuh di lingkungan pendidikan yang aman, inklusif, berkualitas, dan—yang paling penting—menyenangkan,” ucap Erlina menutup sambutan pada malam penghargaan.
Kalimat itu terdengar sederhana, namun mengandung janji panjang, janji untuk menemani generasi paling kecil di Kalbar menapaki masa depan dengan lebih terang.
Perjalanan Erlina sebagai Bunda PAUD Kalbar adalah perjalanan yang tidak pernah benar-benar selesai.
Setiap kunjungan ke PAUD, setiap pelatihan guru, setiap rapat kecil di desa, semuanya adalah benang-benang menyusun kain besar bernama generasi emas.
Pada malam penghargaan itu, ketika tepuk tangan menggema di ruang gala, terasa bahwa perjalanan panjang itu menemukan satu titik cahaya.
Cahaya yang mengingatkan, masa emas anak adalah masa harus dijaga dengan sepenuh hati, penuh logika, penuh cinta kasih, dan penuh dedikasi sesama setara.***
