JAKARTA, borneoreview.co – Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) melaporkan bahwa kinerja industri sawit pada September 2025 mengalami penurunan pada hampir seluruh indikator utama, meliputi produksi, konsumsi, hingga ekspor. Penurunan ini menjadi perhatian industri dan mendorong perlunya langkah mitigasi agar stabilitas pasokan dan perdagangan tetap terjaga.
Direktur Eksekutif GAPKI, Mukti Sardjono, menjelaskan bahwa produksi minyak sawit mentah (CPO) pada September tercatat sebesar 3.932 ribu ton, turun 22,32% dibandingkan Agustus yang mencapai 5.062 ribu ton. Produksi minyak inti sawit (PKO) juga mengalami penurunan dari 481 ribu ton menjadi 366 ribu ton.
“GAPKI mencatat, secara tahunan (YoY), hingga September 2025 produksi CPO+PKO masih menunjukkan pertumbuhan positif, mencapai 43.335 ribu ton atau naik 11,30% dibandingkan periode yang sama tahun 2024. Namun penurunan bulanan ini harus menjadi perhatian pelaku industri karena dapat berdampak pada supply chain ke depan,” ujar Mukti Sardjono dalam siaran pers, diterima Jumat (28/11/2025).
Dari sisi konsumsi domestik, GAPKI mencatat penurunan dari 2.100 ribu ton pada Agustus menjadi 2.053 ribu ton di September. Penurunan terbesar terjadi pada konsumsi biodiesel yang melemah 3,69% menjadi 1.070 ribu ton. Sektor konsumsi pangan juga menurun menjadi 793 ribu ton, sementara konsumsi oleokimia justru mengalami pertumbuhan positif 3,83% menjadi 190 ribu ton.
Mukti menjelaskan bahwa penurunan paling signifikan terjadi pada aktivitas ekspor. Total ekspor produk sawit turun tajam menjadi 2.200 ribu ton, atau -36,65% dibandingkan Agustus yang mencapai 3.473 ribu ton. Ekspor minyak sawit olahan turun menjadi 1.573 ribu ton, CPO turun menjadi 91 ribu ton, dan ekspor oleokimia juga turun menjadi 93 ribu ton.
“Penurunan pengiriman terjadi di hampir seluruh negara tujuan utama, termasuk India, China, Malaysia, Afrika, Pakistan, hingga Amerika Serikat dan Uni Eropa. Hanya Rusia yang tercatat mengalami peningkatan permintaan,” jelas Mukti.
Dari sisi nilai perdagangan, penurunan serupa juga terlihat. Nilai ekspor produk sawit pada September tercatat US$ 2,528 miliar, turun 33,80% dibandingkan bulan sebelumnya. Namun secara akumulasi Januari–September 2025, nilai ekspor tetap lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun lalu, mencapai US$ 27,313 miliar atau naik 39,85% YoY. Peningkatan ini didorong oleh kenaikan harga rata-rata sawit global di CIF Rotterdam yang mencapai US$ 1.210/ton, lebih tinggi dari rata-rata 2024 sebesar US$ 1.020/ton.
Dengan stok awal bulan September sebesar 2.543 ribu ton, dan ditambah dengan produksi, konsumsi dalam negeri serta ekspor yang menurun, maka stok akhir bulan September naik tipis menjadi 2.592 ribu ton.
Mukti menegaskan bahwa GAPKI terus memantau dinamika pasar dan akan mendorong peningkatan efisiensi serta keberlanjutan industri.
“Meski terdapat koreksi pada data bulanan, prospek industri sawit nasional tetap positif. Kami mendorong pelaku usaha dan pemerintah untuk tetap bersinergi agar stabilitas produksi dan pasar tetap terjaga,” tutupnya.***
