BPS: Jumlah Penumpang Pesawat ke Kalbar Naik 8,84 Persen

Penumpang

PONTIANAK, borneoreview co – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Barat mencatat kinerja positif sektor transportasi udara pada Oktober 2025 yang membukukan jumlah penumpang pesawat meningkat sebesar 8,84 persen dibanding September 2025.

“Jumlah penumpang angkutan udara dalam negeri yang datang (debarkasi) ke Kalimantan Barat pada Oktober 2025 tercatat 110.814 orang, meningkat 8,84 persen dibandingkan September 2025 yang berjumlah 101.818 orang. Secara tahunan, terjadi kenaikan 9,94 persen dibanding Oktober 2024,” kata Kepala BPS Provinsi Kalbar Muhammad Saichudin di Pontianak, Senin (1/12/2025).

Sementara itu, katanya, pada moda transportasi laut mengalami penurunan signifikan baik dari sisi arus penumpang maupun bongkar muat barang.

Dia menjelaskan, Bandara Supadio Kubu Raya tetap menjadi pintu masuk utama dengan kontribusi 86,55 persen atau 95.913 penumpang. Angka ini naik 9,34 persen secara bulanan. Peningkatan kedatangan juga terjadi di Bandara Rahadi Oesman Ketapang, Bandara Tebelian Sintang, dan Bandara Singkawang.

Sebaliknya, Bandara Pangsuma Kapuas Hulu mengalami penurunan, sedangkan Bandara Nanga Pinoh tidak mencatat aktivitas kedatangan pada periode tersebut.

“Secara kumulatif Januari–Oktober 2025, jumlah kedatangan mencapai 1,12 juta orang, naik 3,67 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya,” tuturnya.

Jumlah penumpang berangkat (embarkasi) pada Oktober 2025 juga meningkat menjadi 105.568 orang, naik 4,95 persen dibanding September 2025 dan tumbuh 7,16 persen secara tahunan.

Bandara Supadio kembali mendominasi dengan 90.203 penumpang atau 85,44 persen dari total keberangkatan. Meski naik secara bulanan, keberangkatan melalui Supadio turun 2,13 persen dibanding Oktober 2024.

Kenaikan tertinggi terjadi di Bandara Rahadi Oesman yang melonjak 18,40 persen, diikuti Bandara Tebelian (7,81 persen) dan Bandara Singkawang (1,86 persen). Penurunan keberangkatan tercatat di Bandara Pangsuma dan Nanga Pinoh.

Secara kumulatif Januari–Oktober 2025, total penumpang berangkat mencapai 1,07 juta orang, naik 1,16 persen dibanding periode yang sama tahun 2024.

Berbeda dengan sektor udara, transportasi laut mengalami kontraksi tajam. Jumlah penumpang angkutan laut dalam negeri yang datang pada Oktober 2025 hanya 4.793 orang, turun 33,41 persen dibanding September 2025 dan merosot 41,72 persen dibanding Oktober 2024.

Pelabuhan Dwikora Pontianak menjadi pintu masuk utama dengan 4.029 penumpang atau 84,06 persen dari total kedatangan, turun 27,50 persen secara bulanan.

Untuk arus keberangkatan, jumlah penumpang melalui pelabuhan di Kalbar tercatat 3.155 orang, anjlok 56,51 persen dibanding September 2025 dan turun 64,38 persen secara tahunan. Pelabuhan Dwikora kembali menyumbang jumlah terbesar dengan 2.558 penumpang.

Volume barang yang dibongkar di seluruh pelabuhan Kalbar pada Oktober 2025 mencapai 1,18 juta ton, turun 25,21 persen secara bulanan. Namun secara tahunan meningkat 29,46 persen dibanding Oktober 2024.

Pelabuhan Kendawangan mendominasi aktivitas bongkar dengan 848.246 ton atau 71,73 persen dari total, meski turun 40,16 persen dibanding bulan sebelumnya. Secara kumulatif Januari–Oktober 2025, total volume bongkar barang melonjak menjadi 11,95 juta ton, naik 136,14 persen dibanding periode yang sama 2024.

Sebaliknya, volume barang yang dimuat naik menjadi 539.282 ton, atau meningkat 13,47 persen dibanding September 2025 dan tumbuh 25,52 persen dibanding Oktober 2024. Pelabuhan Telok Melano menjadi penyumbang terbesar dengan kontribusi 39,12 persen, diikuti Kendawangan dan Kijing. Pelabuhan Kijing mencatat kenaikan tertinggi secara bulanan, yakni 20,94 persen.

Muhammad Saichudin menegaskan bahwa transportasi udara masih menjadi moda utama mobilitas masyarakat Kalimantan Barat pada 2025.

“Secara kumulatif, sektor udara terus menunjukkan kinerja positif pada 2025, baik dari sisi kedatangan maupun keberangkatan,” katanya.

Saichudin menjelaskan, penurunan pada moda laut dipengaruhi variasi rute, faktor cuaca, serta perubahan preferensi perjalanan masyarakat yang lebih banyak beralih ke transportasi udara. (Ant)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *