JAKARTA, borneoreview.co – Industri pertambangan batu bara Indonesia kini memasuki babak baru. Bukan lagi hanya soal volume produksi, tetapi juga tentang bagaimana teknologi menjadi penggerak utama efisiensi, keselamatan, dan keberlanjutan. Holding Industri Pertambangan Indonesia, MIND ID, menempatkan transformasi digital sebagai pilar utama dalam penguatan sektor strategis ini.
Corporate Secretary MIND ID, Pria Utama, menyampaikan bahwa pemanfaatan teknologi digital melalui konsep smart mining bukan sekadar tren, melainkan kebutuhan mendesak agar industri pertambangan nasional tetap berdaya saing. Menurutnya, kemampuan sektor tambang untuk menopang kemajuan bangsa sangat ditentukan oleh seberapa cepat dan tepat teknologi diadopsi.
Langkah konkret tersebut kini dijalankan oleh PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Perusahaan pelat merah ini mengintegrasikan sistem digital secara menyeluruh, mulai dari operasional lapangan hingga sistem manajemen informasi perusahaan. Integrasi ini menghadirkan perubahan signifikan dalam cara tambang dikelola.
Digitalisasi yang dilakukan PTBA menghubungkan Operational Technology dan Information Technology dalam satu ekosistem terpadu. Seluruh aktivitas penting, dari produksi, pengangkutan, keselamatan kerja, sampai perawatan alat berat, kini dapat dipantau secara real time melalui platform CiSEA (Corporate Information System for Enterprise Application). Data yang sebelumnya terpisah, kini tersaji dalam satu sistem yang terukur dan saling terhubung.
Hasilnya pun terlihat nyata. Penerapan digitalisasi terbukti mampu mendongkrak produksi batu bara hingga 10–20 persen dibandingkan sebelum teknologi ini diterapkan. Ke depan, digitalisasi juga menjadi fondasi utama bagi Grup MIND ID untuk melipatgandakan produksi dari sekitar 41 juta ton menjadi 100 juta ton.
Saat ini, PTBA mengoperasikan lebih dari seratus modul digital dengan pengguna aktif lebih dari tujuh ribu orang. Sekitar 70 persen aktivitas operasional sudah terekam dalam sistem data terintegrasi. Jaringan sensor, sistem pemantauan alat berat otomatis, hingga analitik berbasis machine learning ikut memperkuat pengambilan keputusan yang lebih presisi.
Tak hanya berdampak pada produktivitas, sistem digital juga memperkuat tata kelola lingkungan. Pemantauan kualitas air, rehabilitasi lahan, hingga pengendalian area operasional kini dilakukan secara digital. Transparansi data dan otomasi proses memastikan seluruh aktivitas tambang berjalan sesuai prinsip good mining practice.
Pria menegaskan bahwa digitalisasi bukan sekadar alat bantu kerja, melainkan lompatan besar bagi masa depan pertambangan Indonesia. Teknologi diyakini mampu menekan biaya produksi, meningkatkan efisiensi, serta menghadirkan standar keselamatan kelas dunia.
“Masa depan pertambangan Indonesia sangat ditentukan oleh kemampuan kita mengoptimalkan teknologi. Dengan digitalisasi, kami tidak hanya mengejar produktivitas, tetapi juga membangun pertambangan yang lebih bertanggung jawab, modern, dan siap menghadapi tantangan peradaban ke depan,” pungkasnya.*
