KALTIM, borneoeview.co – Presiden Prabowo Subianto mendapat kritik tajam dari sejumlah aktivis lingkungan dan LSM terkait pidatonya yang menyebut pentingnya perluasan lahan perkebunan sawit. Namun, petani sawit milenial asal Kalimantan Timur, Akhmad Indradi, membela pidato tersebut dan menyoroti sikap para aktivis yang dianggapnya tidak adil.
Menurut Akhmad, pernyataan Presiden Prabowo merupakan bentuk dukungan wajar sebagai kepala negara terhadap industri strategis seperti kelapa sawit. “Sawit memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian nasional, termasuk menyerap tenaga kerja dan membangun sentra ekonomi baru di daerah,” ujarnya.
Ia menambahkan, pidato Prabowo tidak serta-merta berarti pemerintah akan membabat hutan alam demi perluasan lahan sawit. “Yang dimaksud mungkin adalah optimalisasi kawasan hutan terdegradasi atau reforestasi lahan yang tidak lagi berhutan. Apakah itu termasuk deforestasi? Itu tergantung sudut pandang,” jelasnya.
Akhmad juga mengkritik framing negatif yang kerap dilontarkan aktivis lingkungan terhadap sawit Indonesia. “Pidato itu tidak disampaikan dalam forum khusus tentang sawit, tapi langsung dipolitisasi. Bahkan dibandingkan dengan hutan alam yang jelas berbeda keragamannya, ini tidak apple to apple,” katanya.
Ia menegaskan, setiap negara memiliki preferensi komoditas minyak nabati yang berbeda. “Kalau AS dan Eropa mendukung minyak kedelai atau bunga matahari, itu wajar. Jadi, mengapa ketika Indonesia mendukung sawit, justru dianggap negatif?” tambahnya.
Akhmad berharap, jika pemerintah benar mencanangkan program pembukaan lahan sawit baru, lahan tersebut diutamakan untuk rakyat, bukan hanya industri besar. “Ini harus menjadi program yang memberi manfaat langsung bagi masyarakat kecil,” pungkasnya. (Ini)