Site icon Borneo Review

Akupresur, Metode Ilmiah dan Manusiawi Tingkatkan Produksi ASI

Angka Stunting

Ilustrasi pemeriksaan kesehatan anak untuk cegah stunting. (borneoreview/Ilustrasi)

PONTIANAK, borneoreview.co – Tidak ada awal kehidupan yang lebih penting, daripada enam bulan pertama seorang bayi. Pada masa inilah, fondasi pertumbuhan dan masa depan anak dibangun.

Para dokter anak di seluruh dunia sepakat, pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif selama periode ini, adalah kunci memastikan tumbuh kembang yang optimal.

Hanya saja, di balik fakta ilmiah yang terdengar sederhana itu, terdapat kenyataan yang lebih kompleks. Tidak semua ibu mampu memproduksi ASI secara cukup, dan tidak semua bayi mendapat kesempatan untuk menyusu secara optimal.

“Di sinilah pendekatan akupresur muncul sebagai solusi kesehatan yang tidak hanya ilmiah, tetapi juga manusiawi,” tulis Dr Klara Yuliarti, SpA(K) staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI, dan anggota Satgas Stunting IDAI.

Akupresur merupakan metode penyembuhan tradisional yang berasal dari filosofi pengobatan Timur.

Akupresur bekerja dengan memberi tekanan lembut pada titik-titik tertentu di tubuh, untuk menstimulasi aliran energi dan fungsi organ.

Kini, teknik kuno itu kembali mendapat tempat di ranah kedokteran modern. Bukan sebagai alternatif semata, tetapi sebagai pendamping terapi medis yang efektif dan aman.

Dalam konteks pemberian ASI, sejumlah penelitian menunjukkan bahwa stimulasi titik-titik tertentu, dapat meningkatkan produksi hormon prolaktin dan oksitosin, dua hormon utama dalam proses laktasi.

ASI bukan sekadar makanan. Ia adalah kehidupan pertama yang diberikan seorang ibu pada anaknya.

ASI mengandung seluruh zat gizi penting dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin, hingga faktor bioaktif yang membantu pembentukan otak, sistem imun, dan pertumbuhan anak secara menyeluruh.

“Ketika produksi ASI tidak optimal, risiko stunting meningkat secara signifikan,” tulis Dr Klara Yuliarti.

Harapan Baru

Masalahnya, banyak ibu yang mengalami hambatan dalam proses menyusui, baik karena faktor hormonal, stres, maupun kurangnya informasi tentang teknik menyusui yang benar. Di sinilah akupresur memberi harapan baru.

Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis Akupunktur Medik FKUI Dr Hasan Mihardja, MKes, SpAk, SubSpAk-G(K) menjelaskan akupresur merupakan metode yang bekerja dengan cara sederhana, namun hasilnya nyata.

Stimulasi pada titik SI1 (di ujung jari kelingking), LI4 (antara ibu jari dan telunjuk), dan GB21 (di bahu) terbukti dapat meningkatkan volume ASI secara signifikan.

Keunggulan akupresur terletak pada kesederhanaannya. Tidak membutuhkan peralatan mahal, tidak menimbulkan efek samping.

Juga dapat dilakukan secara mandiri oleh ibu atau anggota keluarga, setelah mendapatkan pelatihan dasar.

Ini bisa menjadi solusi nyata di wilayah yang kekurangan tenaga kesehatan. Asuhan mandiri akupresur membuka akses pelayanan kesehatan yang lebih merata.

Lebih jauh, manfaat akupresur tidak berhenti pada peningkatan produksi ASI. Stimulasi yang tepat juga membantu memperlancar aliran darah, dan meningkatkan kerja kelenjar hipofisis untuk memproduksi hormon-hormon yang terlibat dalam menyusui.

Begitupun Dr Christina Simadibrata, MKes, SpAk, SubSpAk-AA(K) yang senada menjelaskan, teknik akupresur juga berperan dalam mengurangi stres, yang sering kali menjadi penyebab utama berkurangnya produksi ASI.

Tekanan ringan pada titik-titik tertentu, merangsang sistem saraf untuk melepaskan endorfin dan menciptakan relaksasi. Ketika ibu lebih tenang, proses menyusui menjadi lebih alami.

Pendekatan ini semakin relevan jika melihat konteks stunting di Indonesia. Meski angka nasional telah turun menjadi 19,8 persen, sesuai target WHO ketimpangan antarwilayah masih mencolok.

Di Kota Depok, misalnya, prevalensi stunting masih tercatat 3,24 persen, sementara cakupan ASI eksklusif baru mencapai 75 persen.

Angka-angka ini menunjukkan bahwa pemberian ASI belum optimal di banyak daerah, dan pendekatan inovatif, seperti akupresur, bisa menjadi bagian dari solusi.

Lebih dari sekadar metode, akupresur juga mencerminkan filosofi penting dalam dunia kesehatan: memberdayakan masyarakat untuk menjadi bagian dari solusi.

Praktik Langsung

Dalam sebuah seminar dan workshop bertema “Asuhan Mandiri Akupresur untuk Meningkatkan Produksi ASI pada Ibu Balita Stunting” yang digelar oleh Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis Akupunktur Medik FKUI.

Peserta tidak hanya belajar teori, tetapi juga mempraktikkan langsung teknik akupresur.

Mereka, mulai dari kader kesehatan, hingga tenaga gizi puskesmas, belajar bagaimana tekanan ringan di titik-titik tubuh tertentu, dapat membantu seorang ibu memberi kehidupan yang lebih sehat bagi bayinya.

Antusiasme peserta menunjukkan satu hal. Yaitu, pendekatan kesehatan yang melibatkan masyarakat, memiliki kekuatan yang jauh lebih besar, daripada sekadar program dari atas.

Ketika seorang ibu tahu bahwa ia memiliki kemampuan untuk meningkatkan produksi ASI sendiri, ia tidak hanya mendapatkan solusi praktis, tetapi juga kekuatan psikologis.

Ketika kader kesehatan di sebuah desa atau wilayah mampu mengajarkan teknik itu kepada ibu-ibu lain, efeknya menjadi berlipat ganda.

Semua percaya bahwa masa depan pencegahan stunting tidak hanya bergantung pada intervensi medis. Juga pada pendekatan-pendekatan sederhana yang bisa diterapkan di rumah.

Upaya peningkatan kesehatan anak harus dimulai sejak dini. Kombinasi antara edukasi, gizi, dan inovasi, seperti akupresur, akan membawa kita menuju generasi Indonesia yang sehat dan bebas stunting.

Di balik setiap tekanan lembut pada titik akupresur, ada pesan yang lebih besar bahwa perubahan besar sering kali dimulai dari langkah kecil.

“Dalam hal ini, langkah kecil itu adalah sentuhan ibu bukan hanya yang memberi rasa aman, tetapi juga yang memberi kehidupan,” tulis dr Klara.

Dengan akupresur, sentuhan itu kini memiliki kekuatan baru, yakni kekuatan untuk memberi nutrisi, mencegah stunting, dan membentuk masa depan yang lebih sehat bagi generasi mendatang.

Mungkin di sanalah keindahan sejati dari akupresur. Ia bukan hanya tentang teknik atau terapi. Tapi tentang mengembalikan kendali kesehatan ke tangan masyarakat sendiri.

Bahwa, dalam setiap ibu, selalu ada kekuatan luar biasa untuk memberi yang terbaik bagi anaknya.

Dalam setiap sentuhan kecil, tersimpan harapan besar untuk masa depan yang bebas dari stunting.(Ant)

Exit mobile version