Site icon Borneo Review

Antisipasi Kekeringan, Pemkab Nunukan Revitalisasi Tiga Embung

Ilustrasi - Jajaran Pemkab Nunukan bersama tim terkait saat meninjau kondisi salah satu embung/waduk di Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara beberapa waktu lalu. (ANTARA/HO-Dokpim Nunukan)

NUNUKAN, borneoreview.co – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Nunukan, Kalimantan Utara, melakukan perbaikan dan pemeliharaan atau revitalisasi pada tiga embung untuk mengantisipasi kekeringan dan kekurangan air bersih di daerahnya.

Revitalisasi pada tiga embung ini, menurut Pemkab Nunukan akan menjadi solusi terbaik bagi warga menghadapi ancaman kekeringan.

“Dengan merevitalisasi, kami yakin kapasitas tampung airnya meningkat, sehingga bisa maksimal dalam memenuhi kebutuhan air masyarakat,” kata Bupati Nunukan, Asmin Laura Hafid, di Nunukan, Selasa (10/9/2024).

Beberapa embung dan waduk yang menjadi fokus revitalisasi antara lain Embung Bolong, Embung Bilal, dan Waduk Binusan. Embung Bilal dan Waduk Binusan saat ini sedang dalam tahap pengerjaan. Adapun Embung Bolong masih proses penetapan tata batas.

Pemkab Nunukan melalui Dinas PUPR mengalokasikan anggaran yang cukup untuk proyek revitalisasi ini. Embung Bolong, mendapat alokasi anggaran sebesar Rp3,2 miliar yang akan digunakan untuk penggalian tanah dan pengerukan sedimen. Embung Bilal dan Waduk Binusan masing-masing mendapat alokasi anggaran sebesar Rp345 juta dan Rp479 juta.

Meskipun proyek ini berjalan dengan baik, namun masih ada beberapa tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya adalah proses penetapan tata batas untuk Embung Bolong yang sempat terkendala oleh status kawasan hutan lindung.

Namun, berkat upaya yang dilakukan, masalah ini kini sudah teratasi. “Kami optimistis dengan adanya revitalisasi embung dan waduk ini, masyarakat Nunukan tidak lagi kesulitan mendapatkan air bersih, terutama saat musim kemarau,” tuturnya.

Pada Februari 2024, Kabupaten Nunukan, khususnya di Pulau Nunukan sempat mengalami kekeringan. Perumda Air Minum Tirta Taka Kabupaten Nunukan bersama para pihak terkait lain mengambil langkah cepat menghadapi krisis kekeringan air yang melanda wilayah itu, dengan membagikan air bersih langsung ke masyarakat.

Embung Bolong yang berfungsi sebagai wadah utama untuk menampung air baku, mengalami penyusutan dan kini mengering hingga mencapai empat meter.

Dampaknya, pasokan air baku hanya 20 liter per detik, turun di bawah normal sebesar 50 liter per detik. Dengan kondisi ini, Perumda Tirta Taka hanya mampu melayani 1.500 pelanggan dari total 7.000 pelanggan yang membutuhkan pasokan air.

Suplai air ke rumah warga pun harus dibagi secara zonasi, namun distribusi tidak merata dan sebagian warga masih kekurangan air. Oleh karena itu, Perumda Tirta Taka mengambil tindakan tanggap darurat dengan membagikan air gratis dengan sistem zonasi menggunakan mobil tangki.

Kekeringan Embung Bolong saat itu disebabkan oleh cuaca ekstrem dan berlangsung selama hampir tujuh bulan. Meskipun beberapa hujan lokal di Nunukan, kontribusinya tidak signifikan dalam meningkatkan debit air baku.

Mengatasi krisis air bersih di Nunukan saat kemarau, Pemkab Nunukan juga sudah mengupayakan pembuatan 25 titik sumur bor. (Ant)

Exit mobile version