PONTANAK, borneoreview.co – Di jantung Kota Pontianak Kalimantan Barat, mesin ekonomi kecil itu terus berdetak menanjak.
Di setiap sudut Kalimantan Barat, 41.573 pelaku UMKM terus berjuang. Dari dapur sumpek, kios di gang sempit, hingga meja kayu penuh produk buatan sendiri mereka adalah jiwa ekonomi lokal.
Namun, di tengah derap perubahan digital, mereka bagai perahu kecil tertinggal. Bukan karena malas, tapi karena akses dan kesempatan yang tak sampai ke genggaman mereka.
Literasi digital belum merata, teknologi terasa rumit, dan mayoritas pelaku usaha tidak punya cukup sumber daya untuk memproduksi konten, membaca data pasar, atau membuat laporan keuangan yang rapi.
Selama ini, banyak keputusan bisnis hanya mengandalkan intuisi. Di sisi lain, perilaku konsumen di Kalbar telah berubah drastis.
Transaksi nontunai meroket QRIS Kalimantan Barat menembus Rp1,5 triliun, menandai bahwa pelanggan bergerak lebih cepat daripada sebagian besar pelaku usaha kecil. Persaingan pun makin ketat.
UMKM diminta untuk hadir di media sosial, memproduksi konten setiap hari, membalas pesan pelanggan, sekaligus menjaga operasional berjalan.
Dalam situasi seperti itu, teknologi kecerdasan buatan (AI) masuk bukan sebagai pilihan, tetapi kebutuhan.
Simpul Digital Pontianak
Pada Minggu, 23 November 2025, di area Car Free Day Pontianak, depan kantor Dekranasda Kalimantan Barat ratusan pelaku UMKM berkumpul.
Hari itu bukan sekadar pameran, melainkan perkenalan sebuah gerbang baru bernama MWX Marketplace AI terdesentralisasi besutan MediaWave Interaktif.

Acara itu merupakan kolaborasi antara Kementerian Usaha Mikro Kecil dan Menengah dengan MWX menargetkan digitalisasi UMKM secara inklusif dan mudah diakses.
Dua program utama mereka hari itu adalah Digi Market dan Digi Talk, tempat para pelaku UMKM mendengar, melihat, dan mencoba langsung perangkat AI untuk bisnis.
Delapan UMKM membuka booth kuliner dan produk lokal di area Digi Market. Semua peserta, sebelum acara telah membuat materi promosi menggunakan CreateWhiz, perangkat AI MWX bisa menghasilkan foto, katalog, bahkan video produk hanya dalam hitungan menit.
Pengunjung yang datang disambut demonstrasi langsung cara membuat konsep foto, mengubah latar belakang, membuat poster, hingga menghasilkan video pendek otomatis.
Di lapangan, wajah-wajah pengusaha kecil itu tampak campur antara kagum dan lega terutama ketika mereka menyadari proses biasanya memakan waktu berjam-jam kini hanya butuh hitungan detik.
Ruang Belajar UMKM
Sementara itu, di sesi Digi Talk, 15 UMKM duduk berhadapan dengan para mentor MWX. Percakapan mereka sederhana tetapi mengubah banyak hal.
Mulai cara membuat laporan keuangan otomatis, bagaimana menggabungkan semua pesan pelanggan dalam satu platform, dan bagaimana membaca tren pasar melalui AI.
Ada tiga perangkat yang paling menarik perhatian:
1. SalesWhiz
Mengintegrasikan WhatsApp, Telegram, DM Instagram, dan marketplace dalam satu dashboard.
Pesanan otomatis, katalog otomatis, hingga pengingatan pembayaran—semua bisa dilakukan dalam satu klik.
2. FinanceWhiz
Sistem akuntansi otomatis untuk bisnis multi-cabang. Dari pencatatan, analisis, hingga deteksi kecurangan.
3. LegalWhiz
Membantu meninjau kontrak, merangkum dokumen hukum, hingga riset regulasi otomatis.
Selain itu, pada 21-22 November 2025, MWX memberikan pelatihan intensif kepada 100 pengusaha UMKM Pontianak yang dibina oleh Dinas UMKM dan Dekranasda Kalbar.
Pelatihan membuat banyak pelaku usaha, untuk pertama kalinya melihat laporan keuangan mereka tampil rapi secara otomatis.
Mengapa AI Jadi Jalan Keluar?
Jawaban paling sederhana adalah efisiensi. Tapi bagi UMKM, efisiensi berarti penyelamat.
AI membantu mereka mempercepat proses bisnis tanpa biaya tinggi, membuat konten promosi otomatis, menganalisis pasar secara real-time.
Juga mengerjakan administrasi tanpa kesalahan manual, dan menambah daya tarik booth UMKM melalui visual yang konsisten.
Namun, jalan menuju digitalisasi tidak mulus. UMKM Pontianak menghadapi empat hambatan utama.
Di antaranya soal tidak tahu harus mulai dari mana. Kesenjangan keterampilan digital. Teknologi dianggap mahal. Kurangnya pendampingan langsung.
MWX masuk sebagai jembatan. Dengan penuh keyakinan dan ketulusan, Yose Rizal, sang CEO sekaligus founder MWX, menyampaikan visinya.
Bahwa, lebih dari 40.000 UMKM di Pontianak seharusnya tidak hanya sekadar “hadir” di dunia digital, tetapi benar-benar mampu memberdayakan teknologi.
Bersama timnya, putra kelahiran Kota Pontianak itu menghadirkan pendampingan langsung, konsultasi personal, hingga akses AI yang terjangkau bagi usaha mikro sekalipun.
“Tugas kami adalah memastikan AI dapat dimanfaatkan dengan mudah, cepat, dan murah,” ujarnya dengan mata berbinar.
Marketplace MWX hadir sebagai jawaban sebuah platform yang dirancang khusus untuk menghemat waktu, tenaga, dan biaya para pelaku UMKM melalui perangkat siap pakai, membawa harapan baru di tengah tantangan zaman.
Kisah Pelaku Usaha
Di tengah kerumunan CFD, tiga pelaku UMKM menjadi wajah transformasi itu.
1. Fifi Astuti – Pemilik Jasuke Pak Ary
Empat belas tahun ia menjual cemilan jagung susu keju. Sebagian besar promosi ia lakukan secara manual, dan pembukuan nyaris tidak pernah tersentuh.
Saat mencoba MWX, ia tersenyum lega.
“Sangat membantu bikin desain promosi. Caranya gampang. Kita diajarkan pembukuan usaha juga sebagai usaha mikro, biasanya tidak terlalu fokus pada neraca keuangan,” kata Fifi.
AI bukan sekadar alat baru baginya, melainkan cara baru melihat bisnisnya sendiri.
2. Ratna Juwita – Sambal Mak Minah
Ketua UMKM Muara Rizki ini merasakan perubahan besar setelah mencicipi penggunaan AI untuk promosinya.
“Banyak proses yang dulu rumit kini lebih cepat dengan AI. Ini sangat membantu kami untuk naik kelas,” ujarnya.
Ratna menambahkan harapan, “Kalau teknologi seperti ini menjangkau lebih banyak UMKM, daya saing kami akan meningkat pesat.”
3. Agus Ramlah – Brand Nayas
Sejak 2019, ia memproduksi kacang bawang, amplang, kerupuk jengkol, lempok durian, hingga olahan ulat sutra. Konten promosi selalu menjadi masalah.

“Dulu saya minta bantuan teman untuk membuat foto atau video. Sekarang bisa saya buat sendiri dan hasilnya jauh lebih profesional,” kata Agus.
Ia juga menilai pelatihan MWX tepat sasaran karena mencakup foto produk, video pendek, hingga optimasi promosi.
“Semoga teknologi ini menjangkau lebih banyak UMKM,” tuturnya.
Digitalisasi adalah Keharusan
Di lokasi acara, Menteri UMKM, Maman Abdurrahman, hadir langsung. Sebagai putra asli Kalimantan Barat, ia bicara lugas tentang pentingnya transformasi digital.
Ia menekankan bahwa inti penguatan UMKM dimulai dari laporan keuangan.
“Laporan keuangan itu harus bisa dipertanggungjawabkan, jika tidak, kita akan kesulitan menghadapi audit atau saat mengajukan pinjaman,” kata Maman Abdurrahman.
Ia kemudian memperkenalkan bagaimana teknologi, termasuk MWX, mengubah cara pelaku usaha bekerja.
“Dengan AI, laporan keuangan bisa dibuat dalam hitungan detik. Kita bisa melihat pendapatan, pengeluaran, untung-rugi secara real time,” ucap Maman Abdurrahman.
Bahkan ia memberi peringatan, “Kalau kita berjalan tanpa data, kita berjalan dalam kegelapan.”
Dan pesannya yang paling menempel, “Jangan takut belajar. Banyak tools, termasuk MWX, yang bisa membantu. Ilmu adalah investasi terbaik bagi bisnis kita.”
Apa Itu MediaWave dan MWX?
MediaWave, dengan pengalaman lebih dari 15 tahun, menjadi pionir analitik data dan AI untuk UMKM Indonesia.
Mereka bekerja sama dengan Kementerian UMKM, SMESCO, dan Kementerian Perindustrian untuk pelatihan ribuan pelaku usaha.
Target terdekat mereka: 100.000 UMKM terintegrasi ke platform MWX. MWX sendiri menyediakan lebih dari 20 solusi AI, mulai dari konten kreatif, laporan keuangan, legalitas, hingga analisis data.
Lima tools paling banyak digunakan adalah CreateWhiz, SmartWhiz, FinanceWhiz, LegalWhiz, dan SalesWhiz.
Saat ini, lebih dari 500 UMKM telah menggunakan platform tersebut—dan rata-rata satu UMKM memakai tiga tools sekaligus.
Transformasi digital bukan lagi wacana. Di Pontianak, ia telah menemukan bentuknya: sederhana, praktis, terjangkau, dan menyentuh pelaku usaha yang paling kecil sekalipun.
Dari tangan para penjual jagung susu keju, pembuat sambal rumahan, hingga produsen kacang bawang dan amplang, AI bukan lagi teknologi jauh. Ia hadir sebagai alat kerja sehari-hari.
Pelatihan, pendampingan, dan keberanian untuk belajar adalah kunci.
Ketika pintu itu terbuka, UMKM Pontianak punya peluang besar untuk melompat jauh tak hanya bertahan, tetapi bersaing di pasar yang semakin digital.
MWX dan Kementerian UMKM baru membuka permulaan. Sisanya kini tinggal di tangan mereka selama ini menjadi denyut ekonomi kota ini: para pelaku UMKM itu sendiri.***
