BANJARBARU, borneoreview.co – Bincang Temu Festival Literasi Banjarbaru ke-4, Kalimantan Selatan mengupas literasi berbasis film tingkat sekolah dasar (SD). Hal ini mengembangkan kegiatan literasi digital.
Pembahasa literasi berbasis film tingkat SD ini bertempat di Studio Mini lantai dua Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah (Darpusda) Kota Banjarbaru.
Kegiatan tersebut diselenggarakan Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah Kota Banjarbaru, dan ini menjadi perhelatan tahunan yang terus mendorong semangat literasi di kalangan masyarakat, khususnya pelajar.
“Dengan adanya bincang temu literasi bersama dengan tenaga pendidik ini dapat menambah semangat para guru, khususnya di tingkat sekolah dasar dalam mengembangkan kegiatan literasi digital,” ucap Kabid Promosi Pembinaan dan Pengembangan Perpustakaan Darpusda Kota Banjarbaru, Rosida Ridha, Jumat (18/10/2024).
Rosida mengatakan, para peserta bincang temu literasi ini terdiri dari kepala sekolah dan guru tingkat Sekolah Dasar Kota Banjarbaru, sebanyak 50 orang.
Selain itu, dalam kegiatan itu juga menghadirkan narasumber Kepala Sekolah SDN 1 Sungai Besar Ridho Amalia yang berbagi ilmu tentang praktik penguatan literasi melalui film.
Dia juga mengatakan, dengan berfokus pada literasi berbasis film, Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah Kota Banjarbaru berharap dapat memperluas cara pandang terhadap literasi, tidak hanya terbatas pada kegiatan membaca buku, tetapi juga melalui media visual seperti film, yang kini semakin mudah diakses oleh generasi muda.
Sementara itu, Ketua Pelaksana Festival Literasi Banjarbaru 2024 sekaligus Duta Baca Banjarbaru Hudan Nur mengatakan, pihaknya ingin menyemarakkan kegiatan literasi itu tidak hanya soal kemampuan berbahasa saja.
“SDN Sungai Besar 1 mencoba mengeksplorasi sebuah tema yang namanya rekayasa dan teknologi, di sana mereka mencoba membuat film. Mulai dari membuat skrip, belajar akting hingga proses editing,” ujarnya.
Lanjut Hudan, melalui kegiatan ini diharapkan bisa menjadi role model atau pilihan bagi sekolah dasar lainnya agar bisa menerapkan hal yang sama.
“Mudah-mudahan sekolah yang gagap dan bingung melaksanakan project P5, nantinya bisa saja praktik membuat film untuk anak sekolah dasar dan ini menjadi alternatif sebuah pilihan solusi,” katanya. (Ant)