Site icon Borneo Review

Beasiswa Satu Rumah Satu Sarjana, Hadirkan Harapan Mengenyam Pendidikan Tinggi di Kalteng

Beasiswa Kuliah Satu Rumah Satu Sarjana

Mahasiswa UMPR penerima beasiswa dari Pemprov Kalteng Aswan (kiri) besama sang ibu Imah berada di ruang tamu di rumahnya di Palangka Raya, Selasa (15/7/2025). (ANTARA/Rendhik Andika)

PALANGKARAYA, borneorevew.co – Rumah panggung berbahan kayu, dengan lebar lima meter dan panjang tujuh meter, ditambah tiga meter ke belakang untuk dapur itu menggambarkan kondisi ekonomi penghuninya.

Rumah sangat sederhana di kawasan Marina Permai, Kota Palangka Raya, ini memiliki satu ruang tamu, satu ruang keluarga dan dua kamar tidur.

Di bagian ruang tamu selebar sekitar dua kali tiga meter ini disekat menggunakan gipsum berwarna putih yang “dihiasi” coretan pensil warna.

Pemilik rumah bernama Ipah mengaku sempat meminta surat keterangan tidak mampu dari ketua RT setempat sebagai kelengkapan syarat pendaftaran beasiswa anaknya.

Perempuan yang saat itu menggunakan hijab berwarna krem mengaku bangga dan gembira karena buah hati pertamanya, Aswan, mendapatkan beasiswa pendidikan tinggi dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng).

Tentunya program beasiswa ini sangat bermanfaat bagi keluarga kami. Biaya yang harusnya digunakan untuk membayar semesteran (uang kuliah tunggal/UKT) dapat kami gunakan untuk kebutuhan lain.

“Seperti membeli buku dan kebutuhan penunjang lain untuk Aswan dan adiknya yang sekolah SD serta adiknya bungsunya yang masih berusia tiga tahun,” kata Ipah, dengan mata berkaca-kaca, saat ditemui ANTARA.

Sementara Aswan yang duduk di sisi ibunya tertawa lirih, saat dia mulai menceritakan cita-citanya menjadi seorang pendidik di tingkat sekolah dasar (SD).

Mahasiswa semester tiga di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Palangkaraya (UMPR) ini.

Kini memiliki pijakan yang lebih kokoh untuk menggapai mimpi, berkat bantuan beasiswa “Satu Rumah Satu Sarjana” dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah.

Aswan adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Ayahnya bekerja sebagai buruh harian lepas di Palangka Raya, sementara sang ibu merupakan ibu rumah tangga.

Kondisi keluarga yang bukan dari kalangan orang mampu ini sempat menjadi bayang-bayang beban terkait kelanjutan pendidikannya, setelah lulus sekolah menengah atas (SMA).

Saat di SMA, pemuda bertubuh tegap, dengan rambut pendek, ini memiliki cita-cita untuk bisa sama dengan teman-temannya, yakni menikmati bangku pendidikan tinggi.

Pada saat bersamaan, pikirannya terbebani karena kondisi ekonomi orang tuanya yang tidak akan mampu untuk memenuhi biaya kuliah.

Ia sering merasa ketakutan, kalau cita-citanya itu justru membebani orang tuanya.

Aswan berkali-kali mengucapkan kata “alhamdulillah”, karena pada saat ingin mewujudkan mimpinya untuk kuliah, ada program beasiswa.

Beasiswa itu merupakan wujud hadirnya negara untuk memenuhi keperluan warganya di bidang pendidikan, lewat program yang digulirkan oleh Pemprov Kalteng.

Beasiswa Satu Rumah Satu Sarjana merupakan program Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah untuk membantu mahasiswa berprestasi dari keluarga kurang mampu.

Melalui program ini, Aswan dan keluarganya, kini tidak lagi harus berpikir keras untuk membayar biaya kuliah.

Dengan beasiswa itu, Aswan lebih fokus untuk belajar, sementara ayahnya juga lebih fokus untuk bekerja memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan kebutuhan pendidikan adik-adiknya.

Selain manfaat ekonomi, program beasiswa ini juga memberikan motivasi dan dorongan besar bagi Aswan, karena ada tanggung jawab moral di pundaknya.

Ia termotivasi untuk segera menyelesaikan studinya, sehingga tidak mengecewakan banyak orang, karena beasiswa itu merupakan dana yang dikumpulkan pemerintah dari pungutan pajak rakyat.

Ia menyadari bahwa kepercayaan yang diberikan pemerintah lewat dukungan beasiswa itu bukanlah hal sederhana, melainkan merupakan amanah yang harus dijaga.

Apalagi, ia juga banyak belajar dari sikap ayahnya yang sering pulang dengan badan lelah, tapi tidak pernah mengeluh. Sikap ayahnya itulah yang mengajarkan nilai moral pada Aswan untuk selalu bertanggung jawab.

Untuk itu, remaja berusia 20 tahun ini terus tekun belajar, dengan target indeks prestasi kumulatif (IPK) minimal 3,5.

Sehingga dukungan dan kepercayaan dari pemerintah lewat beasiswa itu tidak mengecewakan bagi pejabat pemerintah provinsi, masyarakat, maupun kepada orang tuanya.

Untuk mencapai target itu, Aswan kini semakin disiplin membagi waktu, antara kegiatan kuliah di kampus, kegiatan organisasi, dan belajar mandiri di rumah.

Ia berpedoman bahwa menjadi guru sebagai investasi dunia dan akhirat.

Bagi dia, sekolah dasar adalah awal dan pondasi bagi seseorang dalam menjalani kehidupan.

Aswan ingin meletakkan sesuatu yang baik kepada murid-muridnya kelak, sejak anak-anak itu masih kecil, sehingga nilai-nilai kebaikan itu akan terpatri sampai para muridnya itu dewasa.

Melalui program beasiswa ini, Aswan tidak hanya mendapat keringanan biaya, tapi juga menemukan secercah harapan untuk meraih masa depan yang lebih cerah.

Di tengah kondisi ekonomi yang harus terus diperjuangkan orang tuanya, ia menunjukkan bahwa tekad dan kerja keras mampu membuka jalan menuju mimpi di masa depan.

Dengan semangat dan dedikasi yang tinggi, Aswan, sekaligus menjadi salah satu contoh nyata bagi generasi muda lainnya bahwa investasi di bidang pendidikan mampu melahirkan generasi penerus bangsa yang tangguh dan berdaya saing.

Dengan bekal pendidikan di perguruan tinggi, Aswan ingin membanggakan keluarga dan membuktikan bahwa kondisi apapun bukan alasan untuk menyerah pada keadaan.

Dengan beasiswa itu, dia ingin buktikan bahwa anak dari keluarga sederhana juga bisa unggul, asal giat mencari peluang dan kesempatan.

Komitmen Pemerintah

Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah berharap beasiswa Satu Rumah Satu Sarjana dapat menjadi jembatan bagi anak-anak muda, seperti Aswan, untuk keluar dari lingkaran kemiskinan, melalui pendidikan.

Gubernur Kalimantan Tengah (Kalteng) Agustiar Sabran berkomitmen mewujudkan Satu Rumah Satu Sarjana sebagai upaya nyata meningkatkan daya saing serta kesejahteraan masyarakat.

Melalui program ini diharapkan akses pendidikan di Kalimantan Tengah terbuka seluas-luasnya, terutama bagi anak-anak dari desa dan wilayah pedalaman yang kurang atau mereka yang kurang mampu secara ekonomi.

Pendidikan sebagai kunci utama kemajuan daerah. Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi Kalteng mengajak seluruh pihak, termasuk para rektor, untuk bersinergi menyukseskan program tersebut.

Pemprov menekankan, tidak boleh ada anak Kalteng yang tidak bisa kuliah hanya karena tidak mampu. Lewat program ini, pemerintah daerah ingin memastikan setiap keluarga ada minimal satu anak yang sarjana.

Karena itu, beasiswa ini bukan sekadar bantuan biaya, melainkan lebih bernilai investasi sumber daya manusia untuk masa depan daerah yang lebih baik.

Pemprov Kalteng telah bertemu dengan sejumlah rektor untuk mendukung suksesnya program tersebut. Pemprov menekankan, tidak boleh ada anak Kalteng yang tidak bisa kuliah hanya karena tidak mampu.

Pemprov juga sudah mengajak seluruh bupati dan wali kota di Kalimantan Tengah untuk bersatu padu dalam mendukung program prioritas ini demi jangkauan akses pendidikan yang lebih luas dan meningkatkan kualitas SDM menuju yang lebih baik.

Plt Kepala Dinas Pendidikan Kalteng Muhammad Reza Prabowo menyebutkan, 12 perguruan tinggi yang telah menunjukkan komitmennya untuk mendukung program ini merupakan bagian dari 32 kampus yang telah bekerja sama dalam implementasi program kuliah gratis yang kini sudah berjalan.

Data di Dinas Pendidikan Kalteng menunjukkan dari total kuota 10.000 mahasiswa, untuk tahun ini, setiap perguruan tinggi sudah mengajukan kuota masing-masing.

Pemerintah Provinsi Kalteng telah mengalokasikan anggaran Rp123 miliar untuk program sekolah gratis dan Rp50 miliar untuk program kuliah gratis, melalui biro kesra.

Diharapkan program ini turut mencetak tenaga muda terdidik dan berkualitas yang siap berpartisipasi dalam membangun daerah.

Dukungan PT

Salah satu kampus yang aktif menjadi mitra pelaksana adalah Universitas Muhammadiyah Palangkaraya (UMPR). Rektor UMPR Assoc Prof Dr Muhammad Yusuf menyambut positif program ini karena mampu membuka akses pendidikan lebih luas bagi masyarakat menengah ke bawah.

“Kami melihat dampak program ini sangat nyata. Banyak mahasiswa kami dari pelosok daerah, seperti Kapuas, Gunung Mas, hingga Murung Raya, yang dulunya pesimis bisa kuliah, kini menjadi bagian dari kampus ini,” kata Yusuf.

UMPR, saat ini menampung ratusan mahasiswa penerima program Satu Rumah Satu Sarjana di berbagai fakultas. Pihak kampus juga memberikan pembinaan akademik dan psikososial secara khusus bagi mereka.

Kampus itu mengadakan kegiatan orientasi akademik, mentoring belajar, dan kegiatan kepemimpinan bagi para penerima beasiswa.

Targetnya bukan hanya sekadar lulus, tapi mereka tumbuh untuk kemudian menjadi pemimpin muda yang siap kembali membangun daerahnya.

Perguruan tinggi itu, secara institusional juga membangun sinergi dengan dinas pendidikan dan pemerintah daerah untuk memonitor kemajuan studi mahasiswa penerima beasiswa.

Dukungan dari Pemprov dinilai sebagai program luar biasa oleh kalangan kampus, maka tugas perguruan tinggi adalah memastikan mahasiswa tersebut berkembang secara akademik dan memiliki karakter bagus.

Program Satu Rumah Satu Sarjana bukan sekadar beasiswa, melainkan gerakan transformasi sosial yang menjangkau persoalan kesejahteraan masyarakat di Kalimantan Tengah.

Di balik angka 10.000 mahasiswa, tersimpan 10.000 harapan untuk kehidupan yang lebih baik, untuk keluarga yang lebih kuat, dan untuk Kalimantan Tengah yang lebih cerdas.

Dengan kolaborasi antara pemerintah, kampus, dan masyarakat, program ini menegaskan bahwa masa depan daerah dibangun melalui pendidikan menuju perubahan.(Ant)

Exit mobile version