Bubur Samin, Lebih dari Sekadar Kuliner Khas Suku Banjar

bubur samin

PONTIANAK, borneoreview.co – Bubur samin bisa dikatakan sebagai makanan khas Suku Banjar yang istimewa yang cukup melegenda.

Ini karena bubur samin, delain muncul ketika Ramadhan, kuliner ini malah sangat dikenal di Solo, Jawa Tengah.

Kenspa bisa? Ceritanya, bubur samin ini dibawa oleh perantau asal daerah Martapura, Kalimantan Selatan, ke Solo.

Melansir berbagai sumber, Jumat (24/10/2025),  seiring waktu, bubur Khas Banjar ini pun menjadi sangat populer Solo.

Bubur dengan cita rasa gurih ini terbuat dari beras, daging sapi, susu, rempah, dan santan.

Rasa menjadi makin istimewa karena diolah dengan resep khusus yaitu minyak samin dengan ciri khas warna kekuningan.

Yang jelas, bubur samin ini semacam menu wajib untuk berbuka puasa. Ya, ketika Ramadhan tiba, maka warga Solo tak segan untuk mengantre mendapatkannya.

Menariknya, di Solo, bubur samin, hanya bisa ditemukan di Masjid Darussalam, Jayengan, Serengan, dan dibagikan gratis.

Ada sejarah di balik kehadirannya di kota yang secara administrasi disebut Surakarta ini.

Ceritanya, sekira 1907 banyak saudagar dan perajin batu mulia serta pendatang dari Martapura yang merantau ke Kota Solo.

Mereka kemudian mendirikan langgar atau musala di Jayengan dengan dinding yang terbuat dari anyaman bambu.

Di situlah perantau Martapura ini kemudian terus berkembang. Hingga akhirnya pada 1930-an, langgar atau musala yang sekian lama telah berdiri dibangun kembali menjadi sebuah masjid dengan dinding tembok.

Masjid ini kemudian dikenal dengan nama Masjid Darussalam seperti saat ini. Sejak dulu, masjid ini juga digunakan sebagai tempat pertemuan para saudagar di Kota Solo.

Nah, ketika mereka berkumpul dan bersilaturahmi, terutama saat Bulan Ramadhan, bubur samin ini selalu dihidangkan sebagai takjil untuk kudapan berbuka puasa.

Berawal dari sebuah kebiasaan, takjil bubur samin ini kemudian berubah menjadi tradisi yang terus dilestarikan sejak sekitar 1960-an hingga sekarang.

Namun, di masyarakat suku Banjar, bubur ini merupakan makanan biasa yang mudah ditemukan dan tidak harus menunggu saat Ramadhan tiba.

Hal ini karena di Banjarmasin, setiap harinya pasti ada penjual yang menjajakkan bubur ini sehingga bubur samin juga dikenal dengan bubur Banjar. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *