Palangkaraya, borneoreview.co – Ancaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) semakin nyata di Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah, terutama dengan datangnya musim kemarau yang membawa risiko tinggi terhadap lahan-lahan yang tidak produktif.
Plt Kepala Pelaksana BPBD Kota Palangka Raya, Hendrikus Satriya Budi, mengungkapkan bahwa karhutla yang terjadi selama ini tidak hanya dipicu oleh faktor alam, tetapi juga ulah manusia.
“Kami menemukan bahwa titik-titik api yang muncul selalu berada di lahan-lahan yang telah dibersihkan oleh masyarakat. Ini menunjukkan bahwa kebakaran ini bukanlah kejadian alami, melainkan hasil dari tindakan manusia,” ungkap Hendrikus.
Menurutnya, banyak lahan yang terbakar merupakan area yang sebelumnya dibersihkan untuk berbagai keperluan, seperti membuka lahan baru atau membersihkan kebun.
Praktik pembakaran lahan ini, jika tidak diawasi dengan baik, dapat menyebabkan kebakaran yang meluas dan sulit dikendalikan. Oleh karena itu, BPBD Kota Palangka Raya terus berupaya melakukan edukasi kepada masyarakat terkait risiko dan bahaya dari pembakaran lahan, serta mendorong penggunaan metode lain yang lebih aman.
“Ini adalah peringatan serius bagi kita semua. Pembersihan lahan dengan cara membakar dapat menimbulkan risiko kebakaran yang serius,” tegasnya.
Menanggapi situasi yang semakin mengkhawatirkan ini, Pemerintah Kota (Pemkot) Palangka Raya telah menetapkan status siaga karhutla. Dalam pernyataannya, Penjabat (Pj) Wali Kota Hera Nugrahayu, menegaskan pentingnya kesiapan menghadapi potensi karhutla yang bisa terjadi sewaktu-waktu, terutama selama musim kemarau yang sedang berlangsung.
“Kami masih dalam status siaga karhutla. Ini berarti kita harus terus waspada dan siap menghadapi segala kemungkinan,” ujar Hera pada Kamis (31/7).
Sebagai bagian dari langkah pencegahan, Pemkot Palangka Raya telah menggelar apel siaga karhutla yang melibatkan berbagai elemen, termasuk personel pemadam kebakaran dan relawan. Selain itu, pemerintah juga melakukan pemeriksaan terhadap sarana dan prasarana penanggulangan karhutla, serta memperkuat koordinasi antar instansi terkait.
“Penting bagi semua pihak, termasuk masyarakat, untuk berperan aktif dalam menjaga lingkungan dan mencegah karhutla,” tambah Hera. (Ant)