PANGKAL PINANG, borneoreview.co – Bupati Belitung Timur, Burhanudin, menyarankan agar pemerintah pusat membentuk lembaga khusus yang menangani sektor kelapa sawit di Indonesia dari hulu hingga hilir. Menurutnya, pembentukan lembaga ini penting untuk menghindari tumpang tindih kepentingan yang saat ini banyak terjadi di sektor sawit, sehingga pengelolaan sektor ini bisa lebih optimal.
“Sebagai orang yang paling kecil di kampung yang paling kecil, saya memohon kepada pemerintah pusat agar dibentuk suatu lembaga yang betul-betul mengurus mulai hulu-hilir sampai kita bicara masalah yang lain-lain, agar pertumbuhan ekonomi di sektor sawit ini bisa lebih maksimal,” ujar Burhanudin saat berbicara di Belitung Timur, Kamis (29/8).
Burhanudin menyoroti bahwa meskipun sektor sawit telah menjadi penyumbang devisa ekspor yang signifikan bagi Indonesia, banyaknya pihak yang terlibat dengan kepentingan berbeda-beda justru menghambat kontribusi sektor ini terhadap pendapatan daerah. Ia mengungkapkan bahwa Dana Bagi Hasil (DBH) dari sektor sawit yang diterima oleh Belitung Timur masih relatif kecil dibandingkan dengan potensi yang ada.
“Kontribusi sawit terhadap APBN memang besar, tapi kontribusi terhadap APBD lebih kecil. Kami ingin mendapatkan lebih, karena sebagai daerah penghasil, itu adalah hak kami,” tegas Burhanudin.
Menurutnya, pada tahun 2023 Belitung Timur menerima DBH sawit sebesar Rp8 miliar dan diperkirakan akan menerima sekitar Rp7 miliar pada tahun 2024. Total DBH tersebut digunakan untuk berbagai kebutuhan, termasuk pembangunan infrastruktur jalan dan penerbitan Surat Tanda Daftar Budi Daya (STDB) bagi perkebunan sawit rakyat.
Dengan luas perkebunan sawit mencapai lebih dari 60 hektare di wilayahnya, Burhanudin juga menekankan pentingnya hilirisasi industri sawit untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Ia menyebutkan potensi besar dari produk turunan sawit, seperti biogas, kompos dari limbah sawit, hingga kerajinan tangan dari lidi sawit, yang bisa dikembangkan lebih lanjut oleh industri sawit di Belitung Timur.
Namun, ia mengungkapkan kekecewaannya karena sampai saat ini baru dua pabrik hilir yang dibangun di wilayahnya, meskipun perusahaan-perusahaan sawit sebelumnya telah berjanji akan mengembangkan industri hilir lainnya.
“ANJ Group sudah membangun pabrik biogas untuk listriknya, tapi yang lainnya belum. Padahal potensi produk turunan dari sawit sangat besar dan bisa meningkatkan perekonomian lokal,” pungkas Burhanudin. (Ant)