BANDA ACEH, borneoreview.co – Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Aceh mendorong agar cangkang sawit dimasukkan menjadi komponen penetapan harga tandan buah segar (TBS).
Pasalnya, selama ini harga TBS sawit di Aceh hanya menghitung berdasarkan crude palm oil (CPO) atau minyak mentahnya beserta intinya (kernel). Sedangkan cangkang sawit belum menjadi bagian dari komponen harga.
Padahal, berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 13 Tahun 2024 tentang penetapan harga TBS plasma dan bermitra, cangkang sawit itu menjadi komponen dalam perhitungan harga.
“Kita minta kepada tim penetapan harga TBS agar dapat memasukkan cangkang dalam perhitungan harga TBS Aceh,” kata Ketua DPW Apkasindo Aceh, Netap Ginting, di Banda Aceh, Selasa (12/8/2025).
Netap Ginting mengatakan, jika petani membutuhkan cangkang sawit, maka mereka juga harus membelinya dari pabrik kelapa sawit (PKS). Meskipun dasarnya cangkang sawit itu memang milik petani.
“Padahal cangkang sawit juga milik petani kan, mereka membeli dari kami. Tetapi, kalau butuh, kami juga harus beli. Beda ceritanya kalau cangkang itu memang milik PKS,” katanya.
Ia mengatakan jika cangkang sawit dihitung dalam penetapan harga. Maka, diprediksi terjadi kenaikan harga TBS sekitar Rp50 per kilogram. Apalagi, cangkang juga dimanfaatkan oleh PKS sebagai bahan bakar boiler.
“Kalau tidak mau dihitung semua. Boleh juga dibagi dua, Rp25 untuk penambahan harga yang ditetapkan, dan Rp25 buat PKS,” ujar dia.
Ia mencontohkan, jika ada produksi cangkang sawit dalam satu hari itu 25 ton, maka dibagikan dua menjadi 12 ton lebih buat petani yang dikompensasikan ke harga TBS sawit. Selebihnya, untuk perusahaan sawit.
“Atau misalnya lagi, harga TBS tadi ditetapkan Rp3.200 per kilogram, jadi bisa ditambah Rp25 per kilogramnya. Untuk itu, saya minta supaya komponen cangkang ini dimasukkan dalam perhitungan harga TBS Aceh,” kata Netap Ginting. (Ant)
