WONO SARI, borneoreview.co – Desa Wono Sari, Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur, menjadi sorotan dengan keberhasilannya mengubah bekas tambang batu bara menjadi destinasi wisata unggulan, Wisata Alam Goa Tapak Raja.
Transformasi ini dilakukan sejak pemindahan Ibu Kota Nusantara (IKN) ke wilayah PPU, yang turut mendorong pertumbuhan ekonomi, termasuk sektor pariwisata.
Menurut Ketua PKK Kabupaten PPU, Linda Romauli Siregar, perubahan ini menunjukkan bagaimana percepatan pembangunan di wilayah tersebut sejak adanya IKN.
Dalam kunjungan Tim Penilai Lomba Bulan Bakti Gotong Royong Masyarakat (BBGRM) Kaltim di Wono Sari, Kamis (8/8/2024), Linda menyampaikan rasa syukurnya atas perkembangan pesat Desa Wono Sari.
Goa Tapak Raja dulunya merupakan tambang batu bara yang ditinggalkan sejak 2012. Setelah terbengkalai, sebagian lahan milik masyarakat ditanami pohon keras untuk penghijauan.
Pada tahun 2020, pemerintah desa bersama masyarakat dan pihak terkait mulai menggerakkan sumber daya untuk menjadikan goa ini sebagai destinasi wisata, mengingat keputusan pemindahan IKN ke Sepaku.
Berbagai gotong royong dilakukan oleh lembaga kemasyarakatan desa, warga setempat, hingga pihak ketiga. Berkat upaya bersama tersebut, Goa Tapak Raja kini menjadi destinasi wisata unggulan yang sering dikunjungi oleh wisatawan dari berbagai daerah, bahkan turis asing.
Keberhasilan Wono Sari dalam mengembangkan wisata ini turut mengantarkan desa tersebut masuk dalam tiga besar Lomba BBGRM yang diselenggarakan oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (DPMPD) Provinsi Kaltim.
Prestasi ini menunjukkan tingginya tingkat partisipasi masyarakat dalam bergotong royong di berbagai bidang, termasuk ekonomi, sosial, kesehatan, lingkungan, keagamaan, dan wisata.
Linda yakin bahwa Wono Sari memiliki potensi untuk menjadi juara pertama dalam lomba ini, meskipun ia menekankan bahwa kemenangan adalah bonus dari pelayanan yang diberikan oleh pemerintah desa kepada masyarakat.
Yang paling penting, menurutnya, adalah konsistensi dalam menggerakkan masyarakat dan merangkul berbagai pihak untuk memajukan desa.
Tim Penilai Lomba BBGRM yang dipimpin oleh Roslindawaty, Kabid Pemberdayaan Kelembagaan dan Sosial Budaya Masyarakat DPMPD Provinsi Kaltim, mengapresiasi upaya Wono Sari.
Tim penilai terdiri dari berbagai unsur, termasuk DPMPD Provinsi Kaltim, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kaltim, dan Forum Komunikasi Kader Pemberdayaan Masyarakat (Forkom KPM) Kaltim. (Ant)