Site icon Borneo Review

Daun Simpur: Pembungkus Alami yang Bikin Wangi

Simpur atau Dillenia Suffruticosa

Daun Simpur atau Dillenia Suffruticosa bisa digunakan untuk menyimpan berbagai makanan supaya awet dan higienis. (Ist)

PONTIANAK, borneoreview.co – Jaman kecilku dahulu, daun simpur merupakan sebuah bahan pembungkus yang paling banyak digunakan. Daun ini digunakan untuk membungkus daging, ikan sayuran, bahkan makanan.

Sangat mudah menjumpai penggunaannya di hampir semua warung dan pasar radisional. Setiap pedagang pasti menyimpan bertumpuk-tumpuk daun-daun berwarna hijau ini di dekat dagangannya.

Bahkan pedagang sayur keliling pun membawanya di dalam keranjang dagangan mereka.

Daun ini diambil dari sejenis tanaman perdu, yang merupakan bagian dari tanaman bermarga Dillenia dan bersuku Dilleniaceae.

Daun simpur bertepi rata dan menggelombang, memiliki tulang daun yang menonjol dengan tangkai daun sering bersayap. Tanamannya dengan gampang ditemukan di lahan-lahan yang basah dan dekat dengan pinggiran sungai.

Aplikasi pembungkus daun simpur, sering dipadukan dengan lidi dari daun kelapa ataupun diikan menggunakan tali dari batang pohon pisang atau batang purun kering.

Purun (Lepironia articulata) juga sejenis tanaman rerumputan yang mudah dijumpai di rawa atau daerah tergenang lainnya.

Saat ini, peran simpur telah tersingkir dengan massifnya penggunaan pembungkus plastik, yang dirasakan lebih mudah dan efisien. Lebih mudah diperoleh dengan harga yang lebih murah, pun lebih mudah di dalam penyimpanannya.

Di kampung halamanku, aku masih menjumpai pemanfaatan daun simpur ini dengan sangat terbatas. Salah satu penjual kwetiau favoritku masih menggunakannya sebagai alas saat menyajikan kwetiau gorengnya.

Nah, meskipun penggunaan simpur sebagai pembungkus telah tersingkirkan, tapi prilaku pengguna pembungkus tak jua berubah. Dahulu, setelah tak digunakan simpur akan dibuang, yang seringkali secara serampangan.

Sifatnya yang organik tentunya tak terlampau menimbulkan masalah, karena akan

membusuk dan kemudian terdegrasi. Saat digantikan plastik, bekas pembungkus yang dibuang sembarangan tentunya berdampak buruk pada lingkungan.

Kemampuan hancur dan degradasinya yang lama, dapat berakibat lebih buruk dan berpengaruh lebih panjang di rantai ekologis.

Sampah-sampah plastik ini kemudian mencemari tanah, saluran air, bahkan plastik mikronya khabarnya banyak yang telah membentuk pulau-pulau raksasa di tengah samudera, tercerna kehidupan laut dan juga terabsorpsi di atmosfir.

Mungkin sudah saatnya, kita mengurangi pengunaan plastik dan sebisa mungkin memanfaatkan pembungkus alami kembali. Meskipun itu tidaklah mudah.***

Penulis: Dr Pahrian Siregar (Alm)

Exit mobile version