Site icon Borneo Review

Disbun Kaltim Dorong Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit untuk Mitigasi Emisi GRK

SAMARINDA, borneoreview.co – Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur (Disbun Kaltim), Ence Achmad Rafiddin Rizal, menekankan pentingnya kolaborasi dalam mitigasi emisi gas rumah kaca (GRK) dari sektor kelapa sawit, khususnya melalui pemanfaatan limbah cair kelapa sawit atau Palm Oil Mill Effluent (POME) sebagai energi terbarukan.

“Saat ini di Kaltim, dari 106 pabrik kelapa sawit (PKS), baru tujuh yang mengelola POME sesuai Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi GRK (RAD-GRK),” ungkap Ence Rafiddin dalam kegiatan Diseminasi Pengelolaan POME Rendah Emisi Provinsi Kalimantan Timur di Hotel Ibis Samarinda, Kamis (14/11).

Menurut Ence, perlu adanya kesamaan pandangan dalam pemanfaatan POME sebagai energi terbarukan yang ramah lingkungan. “Pengelolaan POME harus ditingkatkan guna menekan emisi GRK dari limbah kelapa sawit, terutama sebagai sumber listrik terbarukan dan bahan bakar alternatif,” ujarnya.

POME memiliki potensi besar untuk menghasilkan listrik, yang bisa mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan mengurangi emisi metana (CH4). Dalam RAD-GRK Kaltim 2010-2030, disebutkan bahwa gas metana dari POME memiliki potensi pemanasan global 21 kali lebih besar dibandingkan karbon dioksida (CO2).

Saat ini, beberapa perusahaan telah mengelola POME sesuai RAD-GRK, di antaranya PT Rea Kaltim Plantation, PT Prima Mitrajaya Mandiri, dan PT Teguh Jaya Prima Mandiri di Kutai Kartanegara; PT Dharma Satya Nusantara dan PT Telen Prima Sawit di Kutai Timur; serta PT Hutan Hijau Mas dan PT Jabontara Eka Karsa di Berau.

“Masih dibutuhkan upaya agar seluruh PKS di Kaltim mengadopsi praktik pengelolaan POME,” lanjut Ence. Dalam acara ini, ahli dari GIZ dan PT Rea Kaltim juga memaparkan studi serta penerapan teknologi POME untuk energi terbarukan.

POME dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi terbarukan melalui metode methane capture, scrubbing, dan compressing, yang memungkinkan POME digunakan untuk mengoperasikan generator listrik pengganti bahan bakar minyak. Teknologi ini mampu menghemat penggunaan solar pada pabrik dan memberi manfaat energi bagi masyarakat sekitar.

“Pengelolaan POME rendah emisi ini adalah langkah bersama. Kami mengajak semua pihak untuk bersinergi, berperan sesuai kapasitas, dan bersama-sama membangun lingkungan yang lebih hijau di Kalimantan Timur,” tutup Ence Rafiddin. (Nia)

Exit mobile version