PENAJAM PASER UTARA, borneoreview.co – Keberadaan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur (Kaltim) terus menyolek Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf) pun ikut turun tangan.
Sebelumnya, pemerintah akan mempercantik berbagai fasilitas di Sepaku Kaltim seperti jalanan atau rumah sakit, kini Kementerian Parekraf membidik beberapa potensi destinasi wisata alam demi IKN.
“Kami sedang siapkan perencanaan pembangunan wisata Hutan Mangrove (bakau) dan Gua Tapak Raja di Sepaku,” ujar Menteri Parekraf Sandiaga Salahuddin Uno saat meninjau Pantai Nipah-Nipah di Penajam, Senin (13/8/2024).
Sandiaga melanjutkan, wisata alam Gua Tapak Raja yang berada di Desa Wonosari dan Hutan Mangrove di Kelurahan Mentawir itu berada di wilayah Kecamatan Sepaku yang berada dekat dengan IKN.
Artinya, penyediaan tujuan pariwisata di kawasan IKN, agar masyarakat Kota Nusantara maupun wisatawan dalam dan luar negeri yang berkunjung memiliki berbagai pilihan kunjungan wisata.
Kementerian Parekraf juga menyiapkan objek pariwisata lainnya yang ada di wilayah Provinsi Kaltim sebagai alternatif tujuan wisata ibu kota baru Indonesia, IKN.
“Kami juga siapkan tempat wisata yang ada di wilayah Provinsi Kalimantan Timur lainnya untuk tunjang pariwisata Kota Nusantara,” katanya.
Selain Gua Tapak Raja dan Hutan Mangrove, menurut dia lagi, wisata berkelanjutan lainnya yang disiapkan di antaranya Kebun Raya, Bukit Bangkirai, dan Budaya Pampang yang ada di Provinsi Kaltim.
Rencana menyiapkan wisata berkelanjutan untuk menunjang pariwisata di IKN tersebut, jelas Sandiaga pula, sudah disampaikan kepada kepala negara saat rapat kabinet paripurna perdana di Istana Garuda Kota Nusantara.
Kementerian Parekraf juga menyusun konsep pariwisata ramah lingkungan (ecotourism) ibu kota masa depan Indonesia dan daerah mitra Kota Nusantara, serta kawasan sekitarnya.
Kebersihan objek wisata bisa dikelola dengan baik melalui pengelolaan sampah terintegrasi memberdayakan komunitas, ungkap dia, dan penggunaan energi baru terbarukan (EBT), dan konservasi bakau.
“Pengelolaan sampah dengan sistem tersebut bisa menciptakan produk wisata, yakni pengunjung yang datang ke tempat wisata diajak menanam bakau maupun melalukan restorasi terumbu karang (wisata carbon offset),” pungkas Sandiaga Salahuddin Uno. (Ant)