Site icon Borneo Review

Eksistensi Mangrove Melawan Lima Ancaman

ilustrasi, hutan magrove (freepik)

PONTIANAK, borneoreview.co – Hutan mangrove secara nyata memberikan dampak positif bagi kehidupan manusia.

Namun, nyatanya, hutan mangrove di Indonesia terus tergerus zaman. Keberadaannya dianggap sebelah mata. Eksistensinya pun kadang dipertanyakan.

Melansir berbagai sumber, Senin (28/4/2025), sudah rahasia umum kalau lahan mangrove dapat membantu mengurangi abrasi yang seringkali terjadi di wilayah pesisir akibat pembangunan tanpa pertimbangan konservasi berkelanjutan.

Pun, hutan mangrove memiliki manfaat dalam memerangi perubahan iklim yang kian kritis.

Tanaman ini berperan sebagai penyumbang cadangan karbon biru yang mampu menyerap karbon dioksida sebagai salah satu gas emisi rumah kaca.

Tapi itu tadi, nyatanya, mangrove tetap saja tergerus zaman. Berikut lima ancaman bagi eksistensi mangrove:

1. Pembangunan pesisir
Pembangunan di kawasan pesisir menjadi salah satu ancaman terhadap ekosistem mangrove di Indonesia.

Pembangunan tersebut seperti untuk budidaya perairan, infrastruktur pantai termasuk pelabuhan, industri, pembangunan tempat perdagangan, perumahan, serta pertanian.

Pembangunan di kawasan pesisir untuk kebutuhan ekonomi membuat ekosistem mangrove menjadi tergerus.

2  Pengelolaan DAS serampangan
Ekosistem mangrove juga memiliki kaitan erat dengan daerah aliran sungai (DAS) di area hulu.

Pengelolaan DAS yang serampangan dapat meningkatkan pencemar hasil industri dan domestik yang masuk ke dalam daur hidrologi.

Hasilnya, berbagai polusi dari limbah dari dan limbah padat berpengaruh serius pada perkecambahan dan pertumbuhan mangrove.

Selain itu, pengelolaan DAS yang serampangan meningkatkan erosi tanah menjadi dan meningkatkan kuantitas sedimen yang diendapkan di ekosistem mangrove.

3. Pembukaan liar
Pembukaan lahan yang liar di kawasan ekosistem mangrove juga menjadi salah satu ancaman besar.

Pembukaan lahan di area mangrove biasanya dimanfaatkan untuk pembangunan tambak ikan dan udang.

Pembukaan lahan liar pada umumnya tidak dirancang dan dibangun secara tepat, serta dikelola secara tidak profesional.

4. Eksploitasi kayu
Eksploitasi mangrove biasanya dilakukan oleh perusahaan atau industri pembuat arang seperti di Sumatra dan Kalimantan.

Kayu dari mangrove terkadang ditebang untuk dibuat untuk chip atau bahan baku pembuat arang untuk diekspor keluar negeri.

Komoditas utama yang diperdagangkan secara internasional adalah arang yang berasal dari mangrove jenis Rhizophora spp yang mempunyai nilai kalori sangat tinggi.

5. Persepsi masyarakat
Persepsi masyarakat yang menganggap mangrove sebagai sumber daya yang kurang berguna juga menjadi ancaman yang besar.

Sebagian besar pendapat untuk mengonversi mangrove berasal dari pemikiran bahwa lahan mangrove jauh lebih berguna bagi individu, perusahaan, dan pemerintah daripada sebagai lahan yang berfungsi secara ekologi.

Apabila persepsi keliru tersebut tidak dikoreksi, maka masa depan mangrove Indonesia dan juga mangrove dunia akan menjadi sangat suram.***

Exit mobile version