Site icon Borneo Review

Era Digital, Mesti Ada Inovasi Berkelanjutan, Strategis dan Orkestrasi

Digitalisasi Pemilu

JAKARTA, borneoreview.co – Dalam lanskap bisnis digital yang semakin kompetitif, inovasi bukan lagi sekadar pilihan, melainkan kebutuhan strategis untuk bertahan dan berkembang.

Namun, inovasi yang hanya berfokus pada kecepatan dan teknologi tanpa mempertimbangkan keberlanjutan dapat menimbulkan risiko jangka panjang.

Oleh karena itu, penting bagi pelaku industri digital untuk mengadopsi pendekatan inovasi yang berkelanjutan yakni menciptakan solusi digital yang tidak hanya efisien dan adaptif, tetapi juga berdampak positif secara sosial.

Dengan demikian, bisnis digital dapat membangun fondasi yang kuat untuk pertumbuhan yang berkelanjutan dan bertanggung jawab.

Dua konsep yang menjadi kunci dalam keberhasilan inovasi digital adalah strategic control dan performansi orkestrasi.

Keduanya berperan penting dalam memastikan bahwa inovasi tidak hanya terjadi, tetapi juga memberikan dampak nyata dan berkelanjutan bagi organisasi dan masyarakat.

Menjaga Arah

Menurut John A Pearce dan Richard B Robinson dalam buku Strategi Manajemen (2003), strategic control merupakan bagian dari manajemen strategis yang berfungsi untuk memantau dan menilai kinerja strategi secara berkelanjutan.

Tujuannya, memastikan strategi tetap selaras dengan perubahan lingkungan eksternal dan internal organisasi.

Pendapat ini ditegaskan lagi oleh Donald L Sull, Profesor dari London Business School, yang dalam artikelnya bersama Alejandro Ruelas-Gossi menekankan bahwa kontrol strategis harus bersifat dinamis dan fleksibel.

Ia menyatakan bahwa dalam dunia yang penuh ketidakpastian, organisasi harus mampu mengadaptasi strategi secara cepat berdasarkan data dan insight yang terus berkembang.

Dalam konteks digital, kontrol strategis mencakup monitoring terhadap implementasi strategi digital, evaluasi efektivitas teknologi dan proses digital, serta penyesuaian arah strategi berdasarkan data dan insight terbaru.

Strategic control memungkinkan organisasi untuk tetap adaptif dan responsif terhadap perubahan teknologi, perilaku konsumen, dan dinamika pasar.

Tanpa kontrol strategis yang kuat, inovasi digital berisiko menjadi inisiatif yang terputus-putus, tidak terintegrasi, atau bahkan gagal memberikan nilai tambah.

Mengelola Kompleksitas Digital

Sementara kontrol strategis berfokus pada arah dan pengawasan, performansi orkestrasi adalah kemampuan organisasi untuk menyelaraskan berbagai elemen dalam ekosistem digital—teknologi, sumber daya manusia, proses bisnis, dan mitra eksternal—agar bekerja secara sinergis.

Dalam dunia digital yang kompleks, orkestrasi performansi menjadi krusial karena beberapa hal di antaranya organisasi tidak lagi bekerja secara silo.

Melainkan dalam jaringan kolaboratif; teknologi digital seperti AI, cloud, dan IoT membutuhkan integrasi lintas fungsi dan sistem; kecepatan inovasi menuntut koordinasi yang efisien dan fleksibel.

Orkestrasi yang baik, memungkinkan organisasi untuk mengoptimalkan performa digital secara menyeluruh, bukan hanya pada satu aspek teknologi atau proses.

Dalam artikel Strategic Orchestration yang diterbitkan London Business School, dua profesor terkemuka, Donald L. Sull dan Alejandro Ruelas-Gossi, menekankan bahwa orkestrasi strategis adalah pendekatan yang memungkinkan perusahaan untuk masuk ke pasar lebih cepat.

Selain itu, mesti beradaptasi dengan perubahan lingkungan, mengurangi kebutuhan modal, serta melayani segmen pasar yang sebelumnya tidak menguntungkan.

Mereka mencontohkan bagaimana perusahaan seperti Apple, Nestlé, dan CEMEX berhasil membangun ekosistem mitra yang saling melengkapi untuk menciptakan nilai yang tidak bisa dicapai sendirian.

Apple, misalnya, tidak lagi mencoba mengembangkan semua komponen sendiri, tetapi mengorkestrasi jaringan penyedia konten dan aksesori untuk menciptakan pengalaman pengguna yang mulus.

Sull dan Ruelas-Gossi menyimpulkan bahwa dalam dunia yang semakin kompleks, kemampuan untuk mengorkestrasi sumber daya eksternal dan internal secara strategis adalah kunci untuk bertahan dan berkembang

Di Indonesia, beberapa perusahaan telah menunjukkan keberhasilan dalam menerapkan strategic control dan orkestrasi performansi dalam inovasi digital mereka.

BUMN penyedia layanan digital, Telkomsel misalnya, telah melakukan berbagai terobosan seperti mengembangkan ekosistem digital melalui beberapa platform, mengintegrasikan teknologi AI untuk layanan pelanggan dan analitik data, serta bermitra dengan startup lokal dan institusi pendidikan untuk mendorong inovasi dan pengembangan talenta digital.

Kontrol strategis di sini terlihat dalam arah kebijakan digital yang konsisten dan terukur, sementara orkestrasi performansi tercermin dalam kolaborasi lintas sektor yang memperkuat ekosistem digital nasional.

Contoh lain adalah Gojek, yang berhasil mengorkestrasi layanan transportasi, pembayaran, logistik, dan gaya hidup dalam satu platform.

Layanan transportasi online ini tidak hanya mengembangkan teknologi internal, tetapi juga bermitra dengan ribuan UMKM dan penyedia layanan untuk menciptakan nilai bersama.

Tantangan dan Solusi

Dalam proses orkestrasi inovasi digital, organisasi menghadapi sejumlah tantangan yang kompleks.

Pertama, fragmentasi data dan sistem menjadi hambatan utama dalam menciptakan integrasi lintas fungsi. Ketika data tersebar di berbagai platform yang tidak saling terhubung, pengambilan keputusan strategis menjadi lambat dan tidak akurat.

Kedua, kurangnya talenta digital yang memahami strategi dan teknologi menyebabkan kesenjangan antara visi digital dan implementasi teknis. Banyak organisasi memiliki tenaga ahli teknologi, namun belum tentu memiliki pemahaman strategis yang mendalam.

Ketiga, resistensi terhadap perubahan budaya organisasi sering kali menghambat proses transformasi digital. Inovasi membutuhkan fleksibilitas dan kolaborasi, namun budaya birokratis dan hierarkis dapat memperlambat adaptasi.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, diperlukan solusi yang terstruktur dan berorientasi pada orkestrasi performansi.

Salah satunya adalah membangun dashboard strategis berbasis data real-time yang memungkinkan pemantauan kinerja dan penyesuaian strategi secara cepat dan akurat.

Selain itu, organisasi perlu menerapkan model orkestrasi berbasis agile dan DevOps, yang mendorong kolaborasi lintas tim dan iterasi cepat dalam pengembangan solusi digital.

Terakhir, pelatihan lintas fungsi menjadi kunci untuk meningkatkan pemahaman strategis dan teknis secara bersamaan, sehingga setiap bagian organisasi dapat berkontribusi dalam ekosistem inovasi yang terintegrasi.

Dengan pendekatan ini, orkestrasi tidak hanya menjadi alat koordinasi, tetapi juga fondasi untuk menciptakan nilai bisnis yang berkelanjutan.

Strategic control dan performansi orkestrasi bukanlah konsep teknis semata, melainkan fondasi manajerial yang menentukan keberhasilan inovasi digital.

Di tengah perubahan yang cepat dan kompleks, organisasi yang mampu mengendalikan arah strateginya dan mengorkestrasi sumber daya secara efektif akan menjadi pemimpin dalam era digital.

Seperti yang ditegaskan oleh Donald Sull dan Alejandro Ruelas-Gossi, strategic orchestration adalah jawaban atas tantangan inovasi di pasar yang dinamis dan kompetitif.

Dengan pendekatan ini, perusahaan tidak hanya menciptakan teknologi, tetapi juga membangun ekosistem yang berkelanjutan dan inklusif.

Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi kekuatan digital global. Dengan strategic control yang kuat dan orkestrasi performansi yang cerdas, kita dapat mewujudkan visi digital nasional yang inklusif, efisien, dan berdaya saing tinggi.

*) Dr. Joko Rurianto, ST., MM adalah profesional di PT. Telkomsel, aktif menulis jurnal pemasaran strategis dan literasi teknologi digital dalam praktik bisnis modern

Exit mobile version