Fakta soal Rabies, Menyerang Saraf dan Berujung pada Kematian

PONTIANAK, borneoreview.co. – Rabies adalah penyakit menular akut yang disebabkan oleh virus rabies yang menyerang sistem saraf pusat pada manusia dan hewan berdarah panas.

Di Indonesia, penyakit ini terkenal dengan nama penyakit anjing gila. Hal ini karena hewan yang paling sering menyebabkan rabies adalah anjing.

Melansir berbagai sumber, Kamis (23/3/2025), penyakit ini dapat ditularkan melalui saliva (air liur), terutama melalui gigitan atau luka terbuka, dari hewan yang terinfeksi, seperti anjing, kucing, dan kera.

Sebagai informasi, virus penyebab rabies, yang dikenal sebagai Lyssavirus, termasuk dalam kategori penyakit zoonosis karena dapat menular ke manusia melalui gigitan hewan yang terinfeksi.

Virus rabies tersebar melalui air liur hewan yang terinfeksi, terutama saat hewan tersebut menggigit atau mencakar hewan atau manusia lain.

Berikut beberapa hal yang patut diketahui soal rabies:

1. Masa Inklubasi
Masa inkubasi rabies, atau waktu antara masuknya virus ke dalam tubuh hingga menimbulkan gejala, biasanya berlangsung selama 2 hingga 3 bulan.

Namun, waktunya dapat bervariasi dari satu minggu hingga 1 tahun, tergantung pada beberapa faktor, seperti lokasi gigitan atau luka, serta jumlah virus yang masuk ke dalam tubuh.

2. Gejala
Gejala yang bisa ditimbulkan ketika virus rabies masuk adalah demam, rasa nyeri, kesemutan yang tidak biasa, dan rasa tidak nyaman di lokasi gigitan.

Bisa juga membuat badan lemas, mengalami sakit kepala hebat, sakit tenggorokan, penurunan nafsu makan, insomnia, dan kesemutan atau mengalami rasa panas di lokasi gigitan.

3. Menyebabkan Kematian
Sebelum meninggal, akan mulai timbul beberapa phobia seperti phobia pada air (Hydrophobia), aerofobia, dan fotofobia.

Ketika rabies sudah mencapai tahap klinis, pengobatannya sangat terbatas dan kemungkinan untuk sembuh sangat kecil.

Kebanyakan pasien yang sudah menunjukkan tanda-tanda rabies akan mengalami kerusakan saraf yang serius, bahkan jika mereka selamat.

Dalam beberapa kasus, penderita akan mengalami komplikasi neurologis berat, termasuk kelumpuhan, kegagalan pernapasan, dan kejang, yang sering berujung pada kematian.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *