Fenomena Perigee Tingkatkan Potensi Banjir Rob di Pontianak

banjir rob

PONTIANAK, borneoreview.co – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Maritim Pontianak mengingatkan adanya peningkatan potensi banjir rob di wilayah Pontianak dan sekitarnya.

Banjir akibat fase perigee atau jarak terdekat bulan dengan bumi yang bertepatan dengan bulan purnama.

“Fenomena ini memicu kenaikan ketinggian air laut maksimum hingga di atas nilai prediksi harian sebabkan banjir rob. Namun pengamatan langsung di Stasiun Meteorologi Maritim Pontianak menunjukkan ketinggian water level mencapai 2,7 meter di Pelabuhan Dwikora Pontianak,.

Hal itu menyebabkan luapan air dan genangan di sejumlah titik di kota tersebut,” kata Prakirawan Cuaca Stasiun Meteorologi Maritim Pontianak, Risa, di Pontianak, Senin (8/12/2025).

Menurut pemantauannya, masih terdapat banjir rob di Kota Pontianak dan sekitarnya sampai dengan satu minggu ke depan, dengan perkiraan pasang tertinggi mencapai 1,8 meter pada 8–10 Desember pukul 09.00–11.00 WIB.

Ia mengimbau masyarakat yang tinggal di wilayah tepian sungai dan dataran rendah untuk tetap waspada terhadap potensi kenaikan muka air, serta terus memperbarui informasi resmi cuaca melalui kanal BMKG, termasuk Instagram @infobmkg.maritimkalbar dan layanan WhatsApp Info Cuaca Kalbar.

Banjir rob yang terjadi sejak akhir pekan berdampak pada pemukiman warga di sejumlah titik di Pontianak Barat. Sebanyak 21 jiwa terpaksa dievakuasi, sebagian besar dari kawasan pesisir sungai.

Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono, menyampaikan bahwa enam warga dievakuasi ke aula Kantor Camat Pontianak Barat, sementara 15 orang lainnya diungsikan ke Masjid Al Amin Jeruju.

“Di antara warga yang diungsikan, ada lansia, anak-anak, dan beberapa yang sedang sakit. Sementara kami rawat dulu sambil menunggu kondisi air surut dan rumahnya bisa ditempati kembali,” kata Edi.

Dengan kondisi pasang tinggi dan curah hujan yang masih berpotensi meningkat, Pemerintah Kota Pontianak menetapkan status siaga 1. Camat, lurah, dan jajaran BPBD telah diperintahkan untuk terus memonitor kondisi lapangan.

Edi mengatakan puncak air pasang diperkirakan berlangsung hingga 10 Desember dan baru mulai menurun pada 11 Desember, meski tidak secara signifikan. Karena itu, ia meminta masyarakat tetap waspada terutama yang tinggal di wilayah rawan banjir rob.

“Wilayah yang rawan umumnya di pinggiran sungai, mulai dari daerah Yuka sampai Jeruju 1. Kondisi ini diperparah oleh pengaruh angin dan ombak. Sejauh ini rumah-rumah hanya tergenang dan kemasukan air, belum ada laporan kerusakan struktur,” tuturnya. (Ant)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *