FGD Sejarah Kontemporer Indonesia-Malaysia: Kerja Sama Akademisi dan Sejarawan

PONTIANAK, borneoreview.co – Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI), bersama Persatuan Sejarah Cawangan Sarawak, bekerja sama dengan Universitas PGRI Pontianak, menggelar Focus Group Discussion (FGD) untuk membahas perkembangan sejarah kontemporer dari perspektif Indonesia-Malaysia. Acara ini berlangsung di Kampus PGRI Pontianak, Jalan Ilham Pontianak, pada Sabtu (3/7/2024).

FGD ini menghadirkan pembicara dari Persatuan Sejarah Cawangan Sarawak, Dr. Loji Roji Saibi, dan Dekan Universitas PGRI Pontianak, Eka Jaya Putra Utama, serta sejumlah akademisi Fakultas Sejarah PGRI dan para jurnalis.

Menurut Dekan Universitas PGRI Pontianak, Eka Jaya Putra Utama, FGD ini sangat penting untuk menggali perkembangan sejarah kontemporer di Indonesia dan Malaysia.

“Semoga pertemuan ini bisa memberikan pemahaman yang baik ke depannya,” kata Eka Jaya.

Ketua Persatuan Sejarah Cawangan Sarawak, Dr. Loji Roji Saibi, menyatakan bahwa sejarah kontemporer di Indonesia yang beririsan dengan Malaysia sebagai negara serumpun terawat dengan baik. Situs-situs sejarah kebudayaan Melayu telah banyak dijadikan cagar budaya, seperti Keraton Sambas dan Batu Belimbing di Singkawang.

“Kami bisa berjumpa keturunan kerajaan Sambas. Ada tenun Sambas yang bagus dan banyak yang beli untuk dibawa ke Sarawak. Di Singkawang juga ada Batu Belimbing yang menarik dan dikelola dengan kreatif,” kata Dr. Loji.

Dr. Loji juga terkesan dengan Masjid Raya Mempawah yang modern dan memiliki banyak histori, serta Tugu Khatulistiwa di Pontianak yang menjadi ikon kota dan penanda titik nol derajat garis khatulistiwa.

“Kami salat di Masjid Raya Mempawah yang indah dan bagus. Di Pontianak, berkunjung ke Tugu Khatulistiwa dan diberi sertifikat. Itu sangat menarik,” ujarnya.

Dr. Zulkifli Abdillah dari Masyarakat Sejarah Indonesia (MSI) dan akademisi IAIN Pontianak mengapresiasi Persatuan Sejarah Cawangan Sarawak yang telah melawat situs-situs sejarah di Kalimantan Barat.

Ia juga menyampaikan bahwa MSI telah menerbitkan buku tentang perkembangan sejarah kontemporer dan berharap buku ini bisa dibedah bersama.

“Lawatan ini sangat berarti untuk mengembangkan sejarah di Indonesia dan Malaysia. Kami juga akan merencanakan kunjungan balasan ke Malaysia,” kata Zulkifli.

Dr. Zulkifli juga menyoroti banyaknya naskah kuno yang dihasilkan di Kalimantan Barat yang bisa dikaji bersama dengan Malaysia untuk pengembangan sejarah lebih lanjut.

“Kita bisa mengkaji bersama naskah kuno dari Kalbar yang dibawa ke Malaysia. Ini bisa kita kaji bersama,” pungkasnya.

Melalui FGD ini, diharapkan hubungan dan kerja sama antara Indonesia dan Malaysia dalam bidang sejarah dapat semakin erat dan membawa manfaat bagi pengembangan sejarah kontemporer di kedua negara. (Redaksi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *