PANGKAL PINANG, borneoreview.co – Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Eddy Martono, menyatakan pentingnya kebijakan pemerintah untuk membuat harga minyak sawit lebih kompetitif di pasar ekspor. Hal ini disampaikan Eddy dalam menanggapi penurunan ekspor minyak sawit yang terjadi belakangan ini.
Eddy menyoroti China sebagai negara tujuan utama ekspor yang mengurangi impor minyak sawit dari Indonesia karena harga yang lebih mahal dibandingkan minyak nabati lainnya, seperti minyak bunga matahari.
“Minyak sawit ini harganya lebih mahal dibandingkan minyak bunga matahari, sehingga mereka (China) melakukan pembelian banyak, sehingga ada pengurangan impor (minyak sawit) mereka,” ujarnya pada Rabu (28/8).
Untuk menghadapi tantangan ini, Eddy menyarankan agar pemerintah menggunakan instrumen fiskal yang dapat menyesuaikan harga minyak sawit sesuai dengan kondisi pasar.
“Harga minyak sawit dapat diturunkan sementara saat tidak kompetitif, dan dinaikkan kembali ketika harga sudah kompetitif,” jelasnya.
Meskipun minyak sawit mendominasi pangsa pasar global di antara minyak nabati lainnya, Eddy mengingatkan bahwa minyak sawit hanya menguasai 33 persen dari total pasar. Ia menambahkan, untuk bisa mempengaruhi harga internasional minyak sawit, diperlukan peningkatan pangsa pasar menjadi lebih dari 50 persen.
“Apabila pangsa pasar minyak sawit itu bisa lebih dari 50 persen, baru kita bisa mengendalikan harga,” tambah Eddy.
Namun, ia juga menegaskan bahwa Indonesia, sebagai produsen terbesar minyak sawit dunia, tidak bisa menetapkan harga internasional. Harga minyak sawit ditentukan oleh pertemuan antara penawaran dan permintaan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), volume ekspor minyak kelapa sawit mentah (CPO) dan turunannya pada Juli 2024 mencapai 1,62 juta ton, turun tajam dari 2,75 juta ton pada Juli 2023. Nilai ekspor juga menurun 39,22 persen (yoy), dari 2,28 miliar dolar AS menjadi 1,39 miliar dolar AS.
Penurunan ini menekankan urgensi kebijakan yang dapat mempertahankan daya saing minyak sawit Indonesia di pasar internasional, sesuai dengan rekomendasi Gapki. (Ant)