Site icon Borneo Review

Gunung Hauk, Tempat Sakral Masyarakat Dayak Pitap: Berbalut Mitos Hujan dan Batu Kingkong

Gunung Hauk

pendaki berjas hujan melintasi batu kingkong yang ada di Gunung Hauk. (Ig @explorebanua6)

PONTIANAK, borneoreview.co – Gunung Hauk di Balangan adalah tempat yang dianggap sakrat oleh masyarakat Dayak Pitap.

Di Gunung Hauk ini ada mitos soal hujan. Yakni, hujan turun meski kemarau dan biasanya selalu dialami para pendaki.

Pada bagian hutan kayu habang atau kayu secang, disebut juga kayu merah, di Gunung Hauk ini ada batu besar berbentuk seperti kingkong atau gorila.

Melansir berbagai sumber, Jumat (17/10/2025), secara administrasi, gunung ini terletak di Desa Ajung, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Balangan, Kalimantan Selaran.

Gunung Hauk ini disakralkan oleh warganya yang mayoritas suku Dayak Pitap dan sering dijadikan untuk lokasi sejumlah upacara adat.

Contohnya, ritual “Aruh Baharin” yakni perwujudan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah.

Uniknya, ada mitos di gunung ini, bukan soal tempat melainkan cuaca. Ya, ini tentang hujan.

Setiap saat memang ada hujan yang turun ketika orang mendaki meskipun saat kemarau panjang.

Dengan kata lain, setiap pendaki yang melakukan pendakian hingga ke puncak Gunung Hauk diyakini pasti akan menemui hujan dalam perjalanannya.

Hal tersebut dianggap benar meski dengan intensitas dan jangka waktu yang beragam.

Konon, hujan tersebut dipercaya dapat ‘membersihkan’ tubuh pendaki, sehingga mereka berada dalam keadaan suci setibanya di puncak.

Sejatinya ada tiga jalur yang dapat digunakan untuk dapat menuju puncak Gunung Hauk.

Jalur pertama melewati Desa Ajung, rute perjalanan ini adalah rute terpopuler. Dua jalur lainnya melalui Desa Kambiyain dan Desa Iyam (Dayak Pitap).

Nah, ada yang menarik ketika menempuh jalur via Desa Ajung. Tepatnya ketika tiba di hutan kayu habang.

Di lokasi ini ada sebuah batu besar yang sangat mirip kingkong alias kera besar. Posisinya di antara kayu habang, seperti sedang duduk.

Tubuhnya sangat besar, jauh mengalahkan tubuh manusia. Pun, tangannya tampak seperti sedang menyentuh tanah.

Lekukan tubuh serta kepalanya seakan nyata. Semua bagian tubuh batu kingkong ini telah ditumbuhi lumut, jadi warnanya perpaduan batu dan lumut.

Memang belum ada cerita soal batu yang mirip kingkong duduk ini, namun keberadaannya sangat menyita perhatian.

Tak sedikit pendaki yang mengabadikan, foto dengan latar batu tersebut.***

Exit mobile version