JAKARTA, borneoreview.co – Peringatan Hari Disabilitas Internasional 2025 pada 3 Desember tahun ini menjadi panggung penting bagi penguatan isu hak asasi manusia (HAM) penyandang disabilitas.
“Disabilitas adalah persoalan HAM. Bukan persoalan kasihan, bukan amal, bukan bantuan sementara. Hak atas pendidikan, layanan publik, seni dan perlindungan adalah mandat konstitusi, bukan permintaan,” kata Ketua Relawan Kesehatan (Rekan) Indonesia Agung Nugroho, di Jakarta, Rabu (3/12/2025).
Pada peringatan Hari Disabilitas Internasional 2025 di Jakarta, Agung menegaskan bahwa kesetaraan bagi penyandang disabilitas bukanlah bentuk bantuan, melainkan hak konstitusional yang wajib dipenuhi negara.
Menurut dia, masyarakat dan negara masih sering memandang penyandang disabilitas sebagai beban, bukan warga negara dengan hak penuh.
Untuk itu, tegasnya, persoalan disabilitas tidak boleh lagi diposisikan sebagai urusan belas kasihan.
Ia menyoroti, akar persoalan bukan hanya keterbatasan fasilitas, tetapi cara pandang masyarakat yang masih menempatkan difabel sebagai objek.
Perubahan paradigma, kata dia, harus dimulai dari bahasa, kebijakan, hingga ruang partisipasi publik.
Ekspresi politik
Kemudian, terkait dengan peringatan bertema seni, Agung menilai karya para difabel merupakan ekspresi politik yang menegaskan keberadaan dan kesetaraan mereka.
“Setiap tarian, nada, dan karya seni mereka adalah pernyataan: kami ada, kami lengkap, kami bagian dari bangsa,” ujarnya.
Oleh karena itu, Agung menyebutkan, setidaknya ada lima komitmen yang perlu diwujudkan negara dan masyarakat, di antaranya penghapusan diskriminasi, aksesibilitas standar, pelibatan difabel dalam kebijakan, ruang seni inklusif dan penindakan terhadap kekerasan atau pengucilan.
”HAM bukan slogan, tetapi disiplin moral untuk memastikan tak satu pun manusia dipinggirkan,” katanya.
Relawan Kesehatan (Rekan) Indonesia adalah organisasi relawan independen yang bergerak pada isu layanan kesehatan, advokasi kebijakan kesehatan dan pendampingan akses kesehatan bagi masyarakat, terutama yang rentan atau kurang terlayani. (Ant)
