PONTIANAK, borneoreview.co – Kalimantan Barat (Kalbar) berpotensi besar mengembangkan perekonomiannya melalui sektor pertambangan, terutama setelah diresmikannya Smelter Grade Alumina Refinery oleh Presiden Joko Widodo di PT Borneo Alumina Indonesia (BAI), Kabupaten Mempawah, Selasa. Pj Gubernur Kalbar, Harisson, menyampaikan optimismenya bahwa proyek ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi di provinsi tersebut.
“Kami yakin, dengan konsisten dan keseriusan pengembangan proyek pertambangan ini, perekonomian Kalimantan Barat akan terdongkrak ke depannya,” kata Harisson yang mendampingi Presiden Jokowi dalam peresmian tersebut.
Harisson menekankan pentingnya hilirisasi industri untuk memaksimalkan manfaat sumber daya alam (SDA) Kalbar. Ia mendukung pandangan Presiden Jokowi yang menolak ekspor bahan mentah.
“Jangan hanya eksplorasi dan ekspor SDA dengan harga murah. Harus ada hilirisasi sehingga produk jadi memiliki nilai jual yang lebih tinggi,” tambahnya.
Proyek smelter ini diharapkan akan mencapai tahapan Commercial Operation Date (COD) pada Februari 2025. Pengolahan bauksit menjadi alumina diproyeksikan dimulai pada kuartal IV 2024 dengan kapasitas 1 juta ton alumina per tahun.
Selain itu, Harisson menyampaikan apresiasi kepada Presiden Jokowi atas upayanya meningkatkan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat Kalbar. Proyek ini juga berpotensi mengurangi ketergantungan impor bahan baku seperti aluminium, yang selama ini menguras devisa negara.
Dengan lahan seluas 246 hektar, proyek ini diperkirakan menelan investasi sebesar US$1,7 miliar dan dibagi dalam dua fase pengembangan. Sementara itu, PT BAI akan membutuhkan sekitar 3,3 juta ton bauksit per tahun untuk memproduksi alumina di pabrik ini.