Ikan Seluang: Ikan Pinggiran Lanting Sepanjang Aliran Sungai Kapuas

Ikan Seluang

PONTIANAK, borneoreveiw.co – Salah satu ikan air tawar kegemaranku, yang sering menjadi sajian di rumah di masa kecil di kampong halaman adalah ikan seluang. Di masa itu, ikan ini tergolong murah dan mudah didapatkan.

Untuk menangkapnya pun tak terlalu susah. Cukup menebar jaring di bawah lanting, yang masa itu masih banyak dijumpai di pinggiran Kapuas.

Dua tiga kali tebar, jika beruntung cukup sudah untuk memperoleh sekumpulan ikan jenis ini buat porsi makan sekeluarga. Plus, potensi mendapatkan beberapa ekor udang galah sebagai tambahan.

Dahulu, di pinggiran Kapuas, dari belakang Pasar Nusa Indah hingga ke Pasar Kemboja, berbaris lanting yang diselingi Bandung, sejenis perahu berukuran besar sang penjelajah sungai, dan moda pengangkut barang kebutuhan pokok ke daerah perhuluan.

Lanting, berbentuk bak rumah, berkonstruksi kayu dengan dasar bangunan dari kayu gelondongan atau drum, yang membuatnya mampu mengambang di sungai atau badan air. Agar tak berpindah dan hanyut, lanting ditambatkan ke tepian dengan menggunakan tali tambang.

Di pinggir lanting, jamak kita jumpai ban-ban bekas, yang berguna melindungi lanting dari benturan. Gertak kayu dan lembaran papan kerap digunakan sebagai titian untuk dapat mengaksesnya.

Lanting banyak difungsikan sebagai penginapan, gudang, dapur dan juga tempat MCK. Alih-alih merusak keindahan kota, bangunan lanting kemudian dilarang di kota kampong halamanku.

Agak berbeda dengan pelarangan mandi di parit yang tak kuasa ditegakkan, pelarangan lanting penegakkan aturannya cukuplah ketat.

Ikan seluang terdiri beberapa jenis, umumnya masuk ke dalam golongan Rasbora spp., seperti: seluang minyak (Rasbora trilineata) dan seluang buluh (Rasbora boneensis), serta Pectenocypris spp., seperti: seluang maram (Pectenocypris balaena).

Jenis ikan ini dengan gampang dijumpai di habitat air tawar, pada dataran Asia dan kepulauan di Asia Tenggara.

Cukup disajikan dengan digoreng kering bertemankan sambal bawang atau sambal tempoyak, sudah maknyus rasanya. Petir yang menyambar keras pun serasa tak terdengar, saat keasikan menikmatinya.

Penyajian alternatif lainnya dengan digulai santan atau pun dipepes bersama parutan kelapa dan bumbu-bumbu alami.

Terkadang, jika mengingat ikan ini, terbayang saat buang air di atas lanting. Saat kotoran nyemplung ke air, kumpulan ikan ini akan menyambar dan berlomba mengerubungi, bertarung diantara mereka dan ikan juara, yang punya hobi serupa.***

Penulis: Dr Pahrian Siregar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *