Karya Tulis Membawamu Mengalir Jauh, Fabya Najwa Bertemu Pangeran Inggris

Fatima Rahma-DOE Indonesia

PONTIANAK, borneoreview.co – Menjadi salah satu delegasi Indonesia di International Gold Event (IGE) dan Forum 2025 di Lagos, Nigeria, awal Desember 2025.

Kegiatan ini pengalaman tak disangka-sangka, bagi penyandang disabilitas, Fabya Najwa.

Melalui program The Duke of Edinburgh’s (DOE) International Award Indonesia, Najwa menjadi satu-satunya peserta tuna rungu, di forum tiga tahunan tersebut.

IGE juga dalam rangka memperingati Hari Disabilitas Internasional.

DOE adalah program nonformal global yang didirikan Pangeran Philip di Inggris pada 1956 bagi pemuda berusia 14-24 tahun.

Tujuannya untuk membangun keterampilan hidup, kepemimpinan, dan ketangguhan melalui kegiatan sukarela, rekreasi fisik, pengembangan keterampilan serta ekspedisi/petualangan.

Program yang diakui secara internasional itu, terdiri atas tiga tingkatan. Yakni bronze, silver, dan gold.

Setiap tingkatannya memerlukan penyelesaian empat atau lima, untuk kegiatan dalam periode waktu tertentu.

Tahun ini 5.000 anak Indonesia mengikuti program Award yang tersebar di 10 kota. Di antaranya, Jakarta, Bali, Surabaya, Bandung, Semarang, Yogyakarta dan Tangerang Selatan.

Lika-Liku Perjuangan

Setiap perjalanan memiliki perjuangan. Begitu juga yang dialami Najwa selama mengikuti program DOE hingga ke level golden.

Mahasiswi Sekolah Tinggi Sistem Informasi itu mengaku menghadapi berbagai tantangan, salah satunya frustrasi.

“Saya seperti bertarung dengan diri sendiri. Sering marah tanpa sebab,” ucapnya.

Merasa frustrasi, sampai bertanya mengapa saya enggan mengerjakan program yang telah dipilih. Namun, ia sadar bahwa harus bertanggung jawab atas pilihan sendiri.

Selain berpikir lebih positif, Najwa juga lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dengan perbanyak doa dan salat agar diberikan kemampuan menyelesaikan program Award ini dengan baik.

Perempuan berusia 23 tahun itu bercerita, telah bertemu banyak anak muda yang tidak paham tentang dirinya sendiri dan ia pun merasa bingung harus berbuat apa.

Di saat yang sama, justru banyak orang datang untuk meminta bantuan dan bertanya kepadanya tentang bagaimana ia mengawali perjalanan mengikuti program Award ini.

Najwa menyadari tugasnya bukan hanya sekadar menyelesaikan perjalanan pribadi, tapi juga untuk membuka jalan bagi anak-anak muda lain agar berani menata arah hidup mereka ke depannya.

Saat ini, pemilik nama lengkap Fabya Najwa Azhari itu, sedang fokus kuliah sembari menyelesaikan satu challenge yang disyaratkan dalam gold Award.

Yaitu, kegiatan berkelompok Perjalanan Petualangan 4 hari 3 malam.

Anak muda berprestasi lainnya adalah Fatimah Rahmah, yang juga disabilitas berprestasi sekaligus alumni gold Award 2023.

Berbagi waktu untuk kuliah, magang, dan menyelesaikan program menjadi tantangan tersendiri bagi Fatimah selama mengikuti program Award.

“Tidak menyerah. Saya tidak berhenti di situ dan langsung mengerjakan semua tugas dengan mengatur waktu antara bekerja, istrahat, program, dan kegiatan lainnya,” ucapnya.

Najwa-DOE Indonesia
Fabya Najwa (kedua kiri) dan Direktur Nasional DOE, Aurina Setyawitta (kanan) foto bersama Pangeran Edward (tengah). ANTARA FOTO/foto pribadi.

Fatimah mengaku telah menemukan potensi yang lebih dalam tentang bakat dan minatnya selama melalui proses yang panjang ini.

“Tidak mudah tapi bermanfaat. Tidak merasa hilang arah,” katanya.

Fatimah pun berhasil menyelesaikan level gold Award pada 2022-2023 di tengah kesibukan kuliah dan magang.

Ukir Prestasi

Pepatah mengatakan bahwa usaha tidak mengkhianati hasil. Konsisten dalam semangat belajar dan terus mengembangkan diri telah mengantarkan Najwa bertemu Duke of Edinburgh Pangeran Edward untuk kedua kalinya di Lagos.

Pertemuan perdana mereka berlangsung di Jakarta saat pangeran melakukan kunjungan ke Indonesia pada 2023.

Bisa berfoto bersama Pangeran Edward adalah sesuatu yang sebenarnya ia harapkan, tetapi tidak pernah benar-benar terbayangkan akan terwujud.

“Bagi saya, itu bukan sekadar foto, melainkan simbol bahwa mimpi sekecil apa pun, bisa menjadi nyata ketika kita berani melangkah dan bertahan dalam perjalanan,” katanya.

Progres, komitmen, serta karya tulisan tentang Award, telah membawa Najwa terbang ke Lagos dan menjadi peserta tuna rungu satu-satunya di IGE dan Forum 2025, yang diikuti ratusan partisipan dari sekitar 100 negara.

Di ajang itu, para peserta sharing pengetahuan dan pengalaman serta berdialog sehingga menghasilkan inspirasi yang luar biasa.

Untuk memahami case study selama di forum, Najwa dibantu penerjemah Bahasa Isyarat SIBI dan guru Bahasa Inggris SMA Luar Biasa Santi Rama serta aplikasi (speech-to-text converter) yang mengubah suara secara real time menjadi kalimat teks tertulis.

Keterbatasan tidak menghalangi prestasi. Juara 1 lomba desain grafis SMALB tingkat nasional Puspresnas pada 2021.

Juga Good (Bronze) E-tools Presentation Individual Abu Dhabi pada 2023 serta Google Student Ambassador 2025 sebagian kecil dari prestasi yang ditorehkan Najwa.

Fatimah pun sama. Banyak prestasi yang telah melengkapi hidupnya.

Karya lukisan bertajuk pemandangan musim gugur dengan hanya tiga warna oranye, biru dan merah, terpilih sekaligus mendapat penghargaan langsung dari Kedutaan Besar Inggris di Jakarta.

Remaja dengan skill graphic design itu juga pernah berpidato di hadapan Pangeran Edward saat menerima penghargaan pada 2023.

Harapan 

Dengan pencapaian ini, Fatimah berharap program Award terus dapat diakses oleh anak anak muda seperti dirinya, terutama anak-anak di Indonesia.

Harapan serupa juga disampaikan Najwa, yang berharap semua anak-anak, termasuk disabilitas, memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang, bermimpi, dan menemukan tujuan hidup, seperti kesempatan yang diterimanya saat ini.

“Saya berharap program Award ini bisa membantu anak-anak muda menjalani hidup yang lebih hidup dan lebih bermakna,” ucapnya.

Sementara itu, Dewan Pembina DOE International Award Indonesia, Petty Elliott berharap lebih banyak anak Indonesia yang bergabung dalam program Award.

“Kami berharap dalam lima tahun ke depan 30.000 anak Indonesia mengikuti program Award. Ambisious goal-nya untuk menjangkau anak-anak muda di banyak kota,” katanya.

Petty menilai bahwa anak-anak Indonesia memiliki pengetahuan yang luas, sangat percaya diri serta menginspirasi.

“Dunia selalu berubah dan Award ini sangat diperlukan oleh anak-anak muda sekarang karena melalui program ini mereka dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi dunia yang lebih menantang,” katanya.

DOE Intaward Indonesia memiliki project khusus “#WorldReady for All” yang didedikasikan khusus bagi para pemuda.

Yang memiliki keterbatasan atau tantangan, tapi bersemangat untuk maju seperti Fatimah dan Najwa.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *