JAKARTA, borneoreview.co – Kepulauan Seribu, gugusan pulau-pulau di utara daratan Jakarta itu, menyimpan begitu banyak keindahan flora dan fauna.
Segala keindahan itu, tentu menghibur hati siapa pun yang menetap di sana, dan menyambut siapa saja yang berlibur ke sana.
Hampir seluruh wilayah administratif Kepulauan Seribu merupakan bagian dari Taman Nasional Kepulauan Seribu, satu-satunya taman nasional di ibu kota negara. Yang telah diakui sebagai Taman Warisan ASEAN pada 2017.
Tercatat sejumlah flora dan fauna yang hidup di perairan Kepulauan Seribu mendapat status dilindungi, di antaranya moluska kima raksasa (Tridacna gigas) dan kima sisik (Tridacna squamosa), serta hewan penyu sisik (Eretmochelys imbricata).
Kepulauan Seribu juga menjadi habitat bagi spesies lumba-lumba, seperti lumba-lumba hidung botol (Tursiops).
Mengingat si lumba-lumba tak mudah ditangkap kamera saat berada di tempat tinggal alaminya, rekaman lumba-lumba di Kepulauan Seribu yang beredar di media sosial sering kali mendapat respons luas.
Karena itulah, Kepala Suku Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Sudin Parekraf) Kepulauan Seribu Sonti Pangaribuan semringah saat memperlihatkan video lumba-lumba yang dimilikinya kepada mahasiswa pertukaran yang ia dampingi di Pulau Pramuka.
Mahasiswa tersebut merupakan penerima Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI) Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI yang sedang melakukan kunjungan ke Kepulauan Seribu dalam rangka ekskursi.
“Wah dekat sekali, lumba-lumbanya seperti bisa disentuh,” kata seorang mahasiswa asing saat menyaksikan video tersebut.
Menurut Sonti, video tersebut dikirim seorang stafnya yang sedang mengendarai jet ski di laut dan kemudian mendapati ada lumba-lumba yang berenang mengiringinya. Sang staf berinisiatif merekam lumba-lumba yang berenang bersamanya.
Peluang melihat lumba-lumba akan besar ketika para mahasiswa berlayar di laut Kepulauan Seribu. Namun demikian, ia juga mengingatkan pentingnya mata yang jeli untuk dapat melihat si lumba-lumba.
Lumba-lumba Makan Malam
Bergerak ke Pulau Sepa Besar yang digadang-gadang menjadi pulau resor terbaik di Kepulauan Seribu usai diremajakan beberapa waktu yang lalu, lumba-lumba diketahui kerap mendekat pula ke pesisir pulau itu.
Sebagai makhluk yang juga aktif di malam hari, aktivitas lumba-lumba semakin terlihat begitu matahari terbenam, ketika mereka mulai mencari makan.
Di saat yang sama, para turis yang bermalam di Pulau Sepa Besar mulai mendekat ke pinggir pantai untuk menguji peruntungan apakah dapat melihat lumba-lumba di malam hari.
Dibantu dengan lampu yang menyorot cahaya dari dasar laut, penampakan lumba-lumba bisa semakin jelas apabila mereka ada yang mendekat ke pesisir.

Setelah waktu melewati pukul 20:30 WIB, tiba-tiba terdengar suara gemericik air, yang ternyata adalah ikan-ikan kecil yang berenang tak tentu arah. Ikan-ikan tersebut melesat seperti hendak kabur dari sesuatu yang mengejarnya.
Ternyata benar, karena tak lama, muncullah sirip lumba-lumba dari bawah air, yang kemudian melesat di permukaan dan “hap!” dipatuknya seekor ikan kecil kurang beruntung yang langsung ia telan untuk menghilangkan rasa lapar.
Sinar lampu yang menyoroti tubuhnya yang meliuk-liuk berenang bebas di bawah air membantu memanjakan mata para wisatawan yang hendak menghayati keindahan samudera.
Beberapa saat kemudian, muncullah lumba-lumba kedua yang juga ingin makan. Namun kali ini caranya berbeda: Si lumba-lumba menyundul dulu mangsanya ke atas permukaan laut supaya jatuh tepat saat mulutnya terbuka.
Para wisatawan yang bahagia menyaksikan lumba-lumba di habitat alaminya itu berlomba-lomba mengabadikan momen tersebut di ponselnya.
Mereka berusaha mengejar setiap gerakan si lumba-lumba lewat lensa kamera, namun si lumba-lumba jauh lebih gesit.
Robiya Nurmatova, seorang mahasiswa pertukaran dari Uzbekistan, mengaku beruntung bisa melihat dua kali lumba-lumba yang berenang di perairan Kepulauan Seribu selama tiga hari ia berada di sana, termasuk saat di Pulau Sepa Besar.
Terlebih, untuk seumur hidupnya ia baru pertama kali berlayar di samudera dan menjelajahi pulau-pulau kecil saat berada di Indonesia. Tidak ada laut di Uzbekistan karena negara tersebut terkungkung daratan.
“Saya senang sekali akhirnya bisa melihat lumba-lumba dengan mata kepala saya sendiri,” kata dia, meski mengaku agak sedih tidak bisa mengabadikan hewan air tersebut di ponselnya karena begitu tiba-tibanya si lumba-lumba muncul.
Tanda Perairan Sehat
Menanggapi kehadiran kawanan lumba-lumba di perairan Kepulauan Seribu sebagaimana yang pernah terjadi awal tahun ini, Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Asep Kuswanto mengatakan bahwa hal tersebut menandakan baiknya kualitas perairan di Kepulauan Seribu.
Asep mengatakan, lumba-lumba memiliki kepekaan yang tinggi terhadap kondisi lingkungan dan mereka tak akan mendekat ke lokasi yang tercemar. Karena itu, kehadiran mereka di sekitar Kepulauan Seribu dapat diartikan sebagai tanda positif.
“Kehadiran mereka menunjukkan bahwa upaya perbaikan lingkungan laut yang dilakukan, seperti pengelolaan sampah dan pembersihan perairan, mulai membuahkan hasil. Ini merupakan indikator positif,” ucapnya.
Ia berharap momen tersebut dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan laut untuk keberlanjutan ekosistem yang ada.
Asep menambahkan, upaya bersama untuk melindungi lingkungan laut tidak hanya berdampak pada keberlanjutan ekosistem, tetapi juga memastikan bahwa generasi mendatang dapat menikmati keindahan dan kekayaan alam Kepulauan Seribu.
Siapa yang menyangka bisa melihat lumba-lumba berenang di habitat alaminya di Jakarta – ketika sebagian warganya mungkin tak ingat bahwa Jakarta punya ratusan pulau dan tak terdiri atas daratan di Pulau Jawa saja.
Kehadiran lumba-lumba, selain membuktikan kualitas perairan Kepulauan Seribu semakin baik, juga dapat memberi kesan yang istimewa bagi para pelancong yang menghabiskan masa berliburnya di gugus kepulauan di bagian paling utara Jakarta itu.(Ant)