Keramak: Diadu di Botol Kaca hingga Capit Patah

Keramak (Parathelphusa sp)

PONTIANAK, borneoreview.co – Keramak adalah nama binatang yang sekarang amat jarang untuk ditemui di kampong halaman.

Binatang dari rumpun Crustaceae ini seakan telah kehilangan ekosistem ideal tempatnya berbiak dan bermukim.

Dahulu keramak (Parathelphusa sp.) amat mudah dijumpai di dinding-dinding parit yang masih berupa tanah atau di antara gertak-gertak yang menghubungkan jalan-jalan di kota ini.

Ketika terjadi perubahan perilaku pengelolaan kota, yang dimulai sejak kepemimpinan Walikota Madjid Hasan, populasi keramak pun akhirnya secara drastis menurun.

Sejak masa itu parit-parit diperkecil, dinding-dinding parit diperkuat dengan semen, sebagian besar gertak digusur dan diganti dengan jalan beraspal atau bersemen, yang tentunya harus didahului dengan penimbunan tanah.

Para walikota selanjutnya seakan mengekalkan pendekatan yang sangat tidak adaptif dengan kondisi lingkungan kota ini.

Keramak memiliki arti tersendiri bagiku. Ada permainan masa kecilku yang sangat terkait dengan keramak, yaitu sadu atau adu keramak.

Memang kalau disadari sekarang, permainan itu tidak memiliki pri kebinatangan, tapi permainan tersebut membuat diriku memahami ekosistem parit.

Untuk dapat main adu keramak, tentunya aku haruslah memiliki keramak. Dan untuk itu aku harus pula memancingnya.

Cara yang paling sering kugunakan untuk memancingnya adalah, dengan menggunakan getah gelang (karet gelang) berwarna merah sebagai umpannya.

Getah gelang tersebut kuikat membentuk seperti kupu-kupu dengan menggunakan tali layangan pada sebuah ujung lidi. Nah, selanjutnya pancing tersebut dimasukkan ke lubang keramak.

Jika lubang itu ada, biasanya sang keramak penghuni lubang akan mencengkram dengan capitnya yang merah.

Untuk menghindari agar capitnya tidak patah atau keramaknya terlepas, pancing tersebut harus ditarik pelan-pelan, sampai keramak tergantung dan dapat dimasukkan ke botol atau plastik penampungan.

Adu keramak sendiri biasanya kerap dilakukan pada saat musim kemarau. Di saat air di parit mengering dan banyak keramak yang berkeliaran, sehingga mudah untuk menangkapnya.

Botol kaca merupakan arena yang dipergunakan untuk adu keramak. Keramak yang akan diadu dimasukkan ke dalamnya. Biasanya pertarungan akan cukup lama dan penuh dengan buih yang dikeluarkan oleh kedua keramak petarung tersebut.

Kemenangan pertarungan ditentukan dari keramak mana yang berhasil mematahkan kedua capit lawannya.

Penulis: Pahrian Siregar (Alm)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *