Keunggulan Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto yang Jadi Warisan Dunia UNESCO

Tambang Batu Bara

PONTIANAK, borneoreview.co – Pada 2019 lalu Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto menjadi Warisan Dunia UNESCO.

Pada saat itu, selain Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto, terdapat 35 situs lain di dunia yang ditetapkan sebagai Warisan Dunia oleh UNESCO.

Artinya, Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto ini pasti punya kelebihan hingga terpilih menjadi Warisan Dunia oleh UNESCO.

Melansir berbagai sumber, Rabu (20/8/2025), Warisan Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto terpilih karena dinilai unggul dalam dua kategori Nilai Universal Luar Biasa (Outstandting Universal Value).

Pertama adalah kriteria II, Warisan Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto menunjukkan adanya pertukaran informasi dan teknologi lokal dengan teknologi Eropa.

Tentu hal ini terkait dengan eksploitasi batu bara di masa akhir abad ke-19 sampai dengan masa awal abad ke-20 di dunia, khususnya di Asia Tenggara.

Kedua kriteria IV, yakni tentang contoh luar biasa dari tipe bangunan, karya arsitektur dan kombinasi teknologi atau lanskap yang menggambarkan tahapan penting dalam sejarah manusia.

Selain dua keunggulan tadi, berikut fakta-fakta lain dari Warisan Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto:

1. Tambang Batu Bara Tertua

Sawahlunto dikenal sebagai situs tambang batu bara tertua di Asia Tenggara.

Eksploitasi batu bara di Sawahlunto dilakukan sejak abad ke-19. Sejak itu, daerah pedesaan ini berkembang dan menjadi lokasi penambangan.

Sawahlunto secara geografis terletak di lembah yang sempit di sepanjang pegunungan Bukit Barisan.

Kota ini dikelilingi oleh beberapa bukit, yaitu Bukit Polan, Bukit Pari, dan Bukit Mato.

2. Tambang Batu Bara Bawah Tanah

Pertambangan batu bara di Ombilin mulai beroperasi lebih dari satu abad.

Dahulu tambang ini dikelola oleh pemeritah kolonial hingga akhirnya pengelolaan berpindah ke PT Bukit Asam Tbk.

UPO di Sawahlunto ini merupakan satu-satunya tambang batu bara bawah tanah di Indonesia

3. Kota Industri pada Masanya

Penambangan batu bara telah secara signifikan mengubah lanskap pedesaan Sawahlunto menjadi situs industri.

Selama pengembangannya pada abad ke-19, perusahaan pertambangan merancang lokasi penambangan Sawahlunto menjadi lima kegiatan spasial: industri tambang batu bara, area komersial dan perdagangan, area pemukiman, wilayah administrasi, dan utilitas kesehatan.

4. Fasilitas Pendukung

Guna mendukung kegiatannya, Belanda membangun beberapa jaringan transportasi seperti membuat jaringan kereta api guna mengangkut batu bara dari Sawahlunto ke pantai barat Sumatra.

Hindia Belanda juga membangun Pelabuhan Emmahaven (dikenal sebagai Teluk Bayur) dan menjadi pelabuhan pengiriman untuk ekspor batu bara, menggunakan kapal uap SS Sawahlunto dan SS Ombilin-Nederland.

Pada 1887-1892, pemerintah kolonial pun mulai membangun kereta api dari Pulau Air Padang ke Muaro Kalaban dan dari stasiun ini menuju ke wilayah Sawahlunto.

5. Terdapat Peninggalan Asli

Di Komplek Tambang Batu Bara Ombilin, masih terdapat beberapa peninggalan asli seperti terowongan Mbah Soero.

Ada juga perumahan pekerja dan pekerja tambang (Tangsi Baru dan Tanah Lapang), pemfilteran batu bara, pabrik kereta api, kantor pemerintah, permukiman, dan lainnya.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *