Kisah TNI Bertugas di Afrika, Diplomasi Ubi Cilembu yang Terbukti Efektif

TNI di Kongo Afrika

JAKARTA, borneoreview.co – Menjaga suasana kondusif dan menciptakan perdamaian, merupakan bagian dari misi dan tugas TNI.

Selain tugas operasi militer selain perang (OMSP), TNI siap menjalankan ragam misi kemanusiaan berskala nasional maupun internasional.

Hal itu yang selama ini dilakukan Satgas Kizi TNI Kontingen Garuda XX-U Monusco Kongo 2024. Mereka ditugaskan menciptakan perdamaian di daerah konflik antarwarganya sendiri, yakni Afrika.

Sejak bertolak dari Indonesia ke Afrika pada 24 April 2024, satgas yang terdiri dari tiga matra TNI ini hanya mengacu pada satu tujuan yang sama, yakni dapat diterima oleh masyarakat di sana.

Itu pula yang menjadi acuan Letkol (Czi) Dili Eko Setyawan selaku Komandan Satgas Kizi TNI Kontingen Garuda XX-U Monusco Kongo 2024 dalam menjalankan tugasnya.

Dia harus memikul tanggung jawab keselamatan 173 personel yang ikut dalam misi perdamaian tersebut.

Walau ini bukan kali pertama Dili ikut misi perdamaian di Afrika, tetap saja ini akan jadi pengalaman yang berbeda karena harus bertindak sebagai komandan.

Kepada ANTARA, Dili menceritakan dinamika yang terjadi selama bertugas di Afrika.

Kala itu, rombongan mereka mendarat di bandara Kota Goma, ibu kota dari Provinsi Kivu Utara. Dari sana mereka harus melakukan perjalanan darat ke wilayah Mavivi.

Di Mavivi mereka harus menghabiskan satu tahun pengabdian melayani masyarakat setempat.

Konflik yang terjadi di wilayah Mavivi dan Goma bukan lah perang antarnegara melainkan antar kelompok milisi atau pemberontak.

Kelompok itu kerap melakukan tindakan onar hingga akhirnya merugikan masyarakat.

Masyarakat korban konflik itulah yang harus ditolong oleh Letkol Dili dan pasukannya.

Ketika sampai di lokasi tugas, Dili melanjutkan tugas satgas sebelumnya seperti memperbaiki infrastruktur bandara, perbaikan jalan, perbaikan pos penjagaan hingga menyediakan layanan kesehatan.

Penolakan Keras

Dalam menjalankan tugas-tugas tersebut ternyata tidak semudah yang dibayangkan.

Dili ingat betul ketika dirinya mencoba melakukan pendekatan ke masyarakat sekitar.

Banyak yang menerima, namun banyak juga yang menolak. Masyarakat menilai pasukan perdamaian tidak memberikan dampak apa-apa kepada kehidupan mereka.

Ada ataupun tidak adanya pasukan perdamaian, mereka tetap merasa terancam akan milisi dan kekurangan infrastruktur yang memadai.

Tidak jarang penolakan warga muncul dalam eskalasi cukup besar yakni berdemonstrasi di posko pasukan perdamaian.

TNI Disambut
Irjen TNI Letjen TNI Muhammad Saleh Mustafa saat memeriksa pasukan dalam upacara penyambutan Satgas Kizi TNI Kontingen Garuda XX-U Monusco Kongo 2024, Kamis (10/7/2025) (ANTARA/Walda Marison)

Namun demikian, Dili dan pasukannya tidak habis akal. Dia pun berupaya mencari cara agar keberadaannya bisa diterima masyarakat.

Dili pun melihat sekeliling wilayah. Terlihat banyak jenis pangan seperti singkong, ubi dan jagung di lahan tempat dia bertugas.

Dili yang berasal dari Batalyon Zeni Tempur (Zipur) 3 Bandung pun punya ide untuk membawa tumbuhan khas Jawa Barat untuk diperkenalkan ke masyarakat Mavivi, yakni ubi celembu dan ubi ungu yang menjadi pilihan Dili dan personelnya.

Mereka lalu mengajak masyarakat untuk menanam bibit ubi tersebut. Dari mulai proses perawatan hingga panen pun tetap melibatkan masyarakat.

Setelah panen, masyarakat pun mengolah dan mengkonsumsi ubi tersebut. Masyarakat setempat ternyata sangat terkesan karena ubi jenis ini beda dari yang dikonsumsi pada umumnya.

Cita rasa manis dan ukurannya sangat besar membuat mereka sangat menikmati jenis umbi-umbian ini.

Ubi cilembu dan ubi ungu ini nampaknya mulai menempati hati masyarakat. Perlahan beberapa pihak yang sebelumnya menolak akhirnya mulai melunak.

Namun demikian, masalah tidak selesai sampai di sini. Rupanya, beberapa masyarakat justru takut untuk bertani karena dapat mengundang kelompok milisi.

Kelompok milisi kerap menjarah, bahkan tidak jarang merusak dan membakar kebun serta properti lain milik warga.

Karenanya, Dili dan pasukannya kembali mencari jalan lain agar masyarakat tetap merasa aman dan nyaman.

Dili pun mendengar masyarakat yang mengeluhkan minimnya kegiatan-kegiatan rutin dan positif untuk kalangan anak muda.

Karena minim kegiatan semacam ini, anak muda di sana cenderung mudah terhasut untuk bergabung kelompok milisi.

Dili dan pasukan pun akhirnya mencetuskan ide membuat lapangan sepak bola dengan harapan anak muda aktif berkegiatan olah raga.

Tidak tanggung-tanggung, Dili ingin membangun dua lapangan sepak bola dengan ukuran standar internasional.

Proses pembangunan lapangan pun memakan waktu satu bulan, dari mulai survei tempat, pembukaan lahan hingga pembuatan lapangan. Bola kaki hingga gawang pun disediakan demi kebutuhan masyarakat.

Akhirnya, lapangan beralas tanah itu pun jadi. Lapangan itu bak wahana penghibur baru bagi masyarakat di tengah memanasnya konflik saudara.

Hampir setiap hari lapangan itu dipakai masyarakat setempat untuk bermain sepak bola dan aktivitas warga lainnya.

Terobosan ubi cilembu dan lapangan sepak bola itu pun membuahkan hasil. Demonstrasi yang sebelumnya kerap berdatangan akhirnya mereda, penolakan yang sebelumnya hadir bertubi-tubi akhirnya menghilang.

Semenjak saat itulah, keberadaan pasukan perdamaian dari TNI benar-benar diterima masyarakat.

Personel semakin leluasa menjalankan tugasnya seperti membuka pengobatan gratis untuk masyarakat, pembangunan infrastruktur hingga membantu masyarakat mengelola sampah.

Dili dan pasukan akhirnya pulang ke Indonesia pada pertengahan 2025. Walau telah berbuat banyak, Dili merasa ada hal lain yang harus diselesaikan di Afrika. Waktu tugas yang sudah satu tahun menuntutnya untuk kembali ke Indonesia.

Dia menyerahkan seluruhnya kepada pasukan TNI yang mengganti posisinya di Afrika saat ini.

Apresiasi Panglima TNI

Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subianto mengapresiasi keberhasilan Satgas Kizi TNI Kontingen Garuda XX-U Monusco Kongo 2024 selama menjalankan misi perdamaian di Afrika.

Dalam upacara penyambutan satgas yang digelar di lapangan Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Agus mengatakan para personel telah mempersembahkan dedikasi dan profesionalitas yang tinggi.

“Terima kasih atas pelaksanaan tugas dan dedikasi, disiplin dan profesionalisme, serta loyalitas sehingga membawa keberhasilan sebagai pasukan perdamaian di wilayah operasi misi PBB,” kata Agus dalam amanat yang dibacakan Irjen TNI Letjen TNI Muhammad Saleh Mustafa di upacara penyambutan, Kamis (10/7/2025).

Saleh menjelaskan, Satgas Garuda telah banyak melakukan operasi misi perdamaian di Kongo. Mayoritas operasi yang dilakukan yakni di bidang pembangunan infrastruktur untuk masyarakat setempat.

Beberapa infrastruktur yang diperbaiki diantaranya fasilitas bandara, perbaikan jalur utama, pembangunan jembatan darurat, pembangunan pos jaga dan beberapa fasilitas publik lainnya.

Semua tugas itu, diselesaikan berdasarkan perintah dari Force Headquarte (HQ) Monusco di PBB.

Tidak hanya itu, Saleh juga mengapresiasi ragam upaya personel dalam melakukan pendekatan humanis untuk merebut kepercayaan masyarakat.

Masyarakat Afrika pun, terbukti menerima dengan baik kedatangan para personel Satgas Garuda.

Saleh berharap kinerja bagus yang ditorehkan Satgas Garuda di Afrika dapat meningkatkan kredibilitas TNI di mata internasional.(Ant)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *