KLH Libatkan Akademisi Audit Lingkungan di Daerah Terdampak Bencana

Akademisi

JAKARTA, borneoreview.co – Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) melibatkan para pakar dan akademisi dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia dalam melakukan evaluasi hingga audit lingkungan di sejumlah daerah terdampak bencana di Sumatera.

“Kami mengerahkan seluruh komponen universitas yang ada di Tanah Air untuk ngeroyok ini. Jadi kita akan mengeroyok bersama-sama akademisi sehingga kajian sainteknya sangat tinggi,” kata Menteri Lingkungan Hidup (Menteri LH) Hanif Faisol Nurofiq dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (23/12/2025).

Menteri LH menargetkan proses evaluasi hingga audit lingkungan dapat diselesaikan pada Maret 2026 mendatang. Menurut dia, dukungan dari para pakar akademisi diperlukan dalam hal ini sehingga kebijakan yang dilakukan akan berdasarkan kajian-kajian ilmiah.

“Semuanya berbasis eksakta, yang kemudian pembuktiannya bisa kita lakukan secara ilmu pengetahuan,” ujar Menteri Hanif.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto mengatakan evaluasi lingkungan dalam hal penanganan bencana di Sumatera merupakan kebutuhan strategis nasional.

Ia mengapresiasi Menteri LH melalui langkah ini, sebab menurut dia pelibatan akademisi dalam hal ini merupakan langkah tepat agar kebijakan yang dilakukan berbasis sains.

Mendiktisaintek Brian menyebutkan pihaknya telah meminta kepada para rektor di perguruan tinggi untuk menyertakan sejumlah ahli di berbagai bidang, seperti hidrogeologi, kehutanan, lingkungan hidup, teknik sipil, hingga ahli tata ruang, untuk dapat dilibatkan dalam proses evaluasi lingkungan ini.

“Ini kita akan libatkan dalam satu tim multidisiplin. Nantinya, tim ini tentu akan berada dalam arahan dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) untuk melakukan kajian-kajian, melakukan penelitian-penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademik, secara ilmu pengetahuan, sains, dan teknologi, sehingga mereka akan memberikan hasil kajian seobjektif mungkin.” tutur Mendiktisaintek Brian Yuliarto. (Ant)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *