MEDAN, borneoreview.co – Di dalam kabin sejuk bus listrik yang melaju tenang membelah Kota Medan, Sinta Duma Siregar duduk santai.
Ia sangat menikmati perjalanan pulang dari tempat kerjanya, di Puskesmas Tanjung Morawa.
Sore itu, perempuan 52 tahun itu mengaku bersyukur. Kini, ia tidak perlu lagi mengandalkan sepeda motor untuk beraktivitas.
“Kalau dulu pulang-pergi naik motor, sekarang lebih nyaman, ngadem di dalam bus,” ujar Sinta, sambil tersenyum, sesekali memandang ke luar jendela.
Perjalanan ke tempat kerjanya memakan waktu sekitar satu jam, namun terasa ringan karena bisa mengatur waktu dengan baik.
Tidak hanya lebih nyaman, baginya keberadaan bus listrik ini juga menjadi solusi atas kejar-kejaran waktu absensi yang kerap membuatnya terburu-buru ketika di pagi hari.
Kehadiran bus listrik, baginya bukan hanya membuat nyaman dan murah, tetapi bisa mengurangi kemacetan dan mengurangi risiko adanya kecelakaan lalu lintas bila menggunakan kendaraan pribadi saat berpacu dengan waktu ke kantor.
Di kursi seberang, Sesil Sibarani (19), mahasiswi, mengaku setuju saat ditanya tentang kenyamanan bus listrik yang ia gunakan hampir setiap hari ke kampus.
Sesil menyukai tempat duduk dalam bus yang tertata rapi dan tidak berdesakan seperti di angkot yang biasa ia tumpangi, sebelum bus listrik hadir.
Dulu, saat menggunakan angkutan kota, duduk berimpitan, kini lebih nyaman naik bus listrik yang menggunakan AC dan murah.
Kalau menggunakan angkutan kota harus mengeluarkan ongkos Rp8.000, sedangkan dengan bus hanya Rp3.000 karena menggunakan kartu pelajar.
Karena itu, para penumpang setuju jika armada bus tersebut ditambah, terutama di jalur Kecamatan Medan-Tembung yang sering macet dan armada bus kurang pada waktu-waktu sibuk.
Sementara itu, Yunus Lubis, mahasiswa semester delapan jurusan teknik sipil di salah satu kampus di daerah itu, tampak asyik menikmati perjalanan menuju Singamangaraja untuk transit ke Belawan.
Selain Sinta dan Sesil, ada puluhan pekerja dan pelajar atau mahasiswa yang meraskan kenyamanan menggunakan bus listrik, seperti Semuel, pelajar Kelas X yang baru pertama kali mencoba bus murah dan nyaman tersebut.
Transportasi Terintegrasi
Di meja rapat bersebelahan dengan monitor pemantau arus lalu lintas, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Perhubungan Kota Medan Suriono menyuguhkan peta koridor simbol dari ambisi besar kota membenahi transportasi publik secara menyeluruh.
Memulai dengan kilas balik tahun 2020, saat Trans Metro Deli pertama kali hadir sebagai subsidi penuh Kementerian Perhubungan yang mengubah wajah mobilitas warga Medan lewat program layanan buy the service (BTS) dengan armada diesel.
Trans Metro Deli merupakan sistem transportasi berupa bus raya terpadu yang pernah beroperasi pada tanggal 22 November 2020 di Kota Medan, Sumatera Utara.
Layanan dengan sistem Teman Bus itu diciptakan untuk memudahkan mobilitas warga Medan agar lebih menggunakan transportasi publik daripada kendaraan pribadi.
Sambil menunjuk koridor-koridor warna-warni di layar monitor, ia menyebutkan bahwa dari Trans Metro itu, perlahan menuju sistem yang lebih matang dan terintegrasi.

Armada BTS, saat itu sebanyak 72 unit armada diesel, dengan kapasitas penumpang 50 kursi.
Kini, transportasi umum di kota itu bertransformasi menjadi bus listrik sepenuhnya yang dikelola oleh Pemerintah Kota Medan, sebagai upaya untuk menghadirkan peran negara dalam memenuhi kebutuhan warganya.
Lima koridor bus listrik di Medan, meliputi Pinang Baris–Lapangan Merdeka, Amplas–Lapangan Merdeka, Belawan– Lapangan Merdeka, Tuntungan–Lapangan Merdeka, dan Tembung–Lapangan Merdeka.
Lapangan Merdeka berfungsi sebagai simpul utama integrasi; dari sana penumpang bisa berpindah moda ke kereta bandara atau bisa menggunakan KAI Binjai.
Ke arah utara, koridor menuju Pelabuhan Belawan memudahkan pengguna kapal laut mengakses transportasi darat, tanpa repot atau perlu menggunakan kendaraan pribadi.
Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Medan juga menyiapkan layanan langsung, rute cepat pendukung koridor utama, untuk menjangkau titik padat yang belum terlayani maksimal oleh jalur bus listrik reguler.
Agar akses makin merata, pemerintah daerah tengah menyusun skema kemitraan dengan angkutan kota. Angkot akan diarahkan menjadi feeder, bukan dianggap pesaing dari bus listrik,
Dengan koneksi antarmoda yang semakin halus, Dishub Kota Medan berharap masyarakat lebih banyak yang mau beralih dari kendaraan pribadi ke bus listrik, demi transportasi umum yang lebih efisien.
Dikelola Mandiri
Tahun 2024 menjadi titik balik, saat Pemerintah Kota Medan resmi mengambil alih pengelolaan transportasi kota dari BTS menjadi bus listrik berbasis atau bus raya terpadu (bus rapid transit/BRT).
BRT tidak lagi bergantung pada subsidi dari Kementerian Perhubungan, tetapi dikelola mandiri oleh Pemkot Medan dengan menganggarkan Rp93 miliar setahun untuk layanan itu sebagai subsidi.
Namun, dari anggaran Rp93 miliar setahun itu, realisasi pembayaran tergantung volume tempuh dan performa bus listrik.
Ada penalti jika sopir lalai atau melanggar, karena dipantau langsung melalui delapan kamera yang terpasang di setiap armada.
Sebanyak 60 bus listrik, kini dioperasikan langsung oleh pemerintah kota, 55 unit aktif melayani lima koridor, sementara lima sisanya siaga sebagai armada cadangan teknis.
Untuk pendapatan, saat ini, dari transportasi itu rata-rata Rp900 juta per bulan, namun jumlah itu belum mampu menutup biaya operasional, sehingga masih disubsidi.
Total angkutan penumpang selama periode 24 November 2024 hingga 3 Juni 2025 mencapai 1.654.376.
Demi kenyamanan, fasilitas bus sudah disesuaikan untuk semua kalangan, termasuk disabilitas. Halte dan bus didesain setara, sedangkan suspensi bisa naik-turun.Selain itu, terdapat tempat khusus bagi kursi roda di dalam armada itu.
Keunggulan lain dari bus listrik adalah efisiensi energi. Sekali isi daya cukup untuk 200 kilometer, sehingga murah di operasional dan minim perawatan.
Suara mesin pun nyaris tidak terdengar, sehingga mengurangi kebisingan kota. Lebih senyap, lebih bersih, dan tentu lebih ramah terhadap lingkungan.
Bus listrik berkontribusi menurunkan emisi karbon. Transportasi ini nol polusi udara dan suara. Hal ini sesuai dengan keinginan masyarakat dan semua elemen agar kota bisa lebih sehat dan tenang.
Dari sisi lalu lintas, satu bus mampu mengangkut 50 penumpang, setara 15 mobil pribadi, yang artinya sangat signifikan dalam mengurangi kepadatan kendaraan di jalan raya.
Tarif dibuat flat Rp5.000 untuk umum, Rp3.000 untuk pelajar dan lansia. Selain itu, perpindahan antarkoridor gratis jika masih dalam waktu 75 menit dari tap pertama.
Pembayaran pun nirsentuh, karena menggunakan kartu elektronik atau QRIS. Mahasiswa bisa mendaftar kartu khusus agar otomatis mendapat tarif pelajar hingga usia 22 tahun.
Didukung pendanaan Bank Dunia sekitar Rp1,9 triliun, Pemkot merancang total 14 koridor dan pembangunan sarana dan prasarana jalur khusus bus listrik yang ditargetkan rampung di 2027.
Halte pun menjadi target pengembangan karena saat ini masih banyak tempat pemberhentian atau halte bersifat “bus stop”.
Sementara untuk pengadaan armada yang ditargetkan mencapai 500 unit bus listrik.
Pemkot Medan membuka pintu lebar bagi para mitra yang ingin berminat berkontribusi bagi transportasi kota yang ramah lingkungan dan efisien.
Transportasi bus listrik Medan merupakan solusi nyaman, efisien, dan ramah lingkungan, menjadi tulang punggung baru mobilitas kota yang terintegrasi.
Transportasi itu dapat menyentuh semua lapisan masyarakat, dari pelajar, mahasiswa, pekerja, hingga warga umum.(Ant)