Lapas Tarakan Berdayakan Warga Binaan Dukung Ketahanan Pangan

TARAKAN, borneoreview.co – Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Tarakan, Kalimantan Utara mendukung ketahanan pangan melalui program pemberdayaan warga binaan pemasyarakatan (WBP) dalam bentuk budi daya tanaman hidroponik sawi pokcoy.

Lapas Tarakan menyebutkan, selain soal ketahanan pangan, kegiatan budi daya tanaman hidroponik tersebut bagian dari langkah pihaknya dalam mengimplementasikan tugas fungsi pembinaan warga binaan pemasyarakatan di bidang kemandirian dan keterampilan.

“Beragam kegiatan pembinaan di bidang agribisnis sejalan dengan program yang dicanangkan oleh Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan (Menimipas) Agus Andrianto yakni perihal memberdayakan warga binaan untuk mendukung ketahanan pangan,” kata Kepala Lapas Kelas lIA Tarakan Sutarno di Tarakan, Sabtu (8/11/2024).

Kegiatan panen sayuran jenis sawi pokcoy organik hasil budi daya tanaman hidroponik itu, bagian dari kegiatan pembinaan kemandirian WBP di bidang agribisnis, bertempat di area sarana asimilasi dan edukasi (SAE).

Kegiatan panen dilaksanakan oleh Kepala Seksi Kegiatan Kerja (Kasi Giatja) Lapas Tarakan Andhika Abrian, Kepala Sub Seksi (Kasubsi) Bimbingan Kerja dan Pengelola Hasil Kerja, Adipta Yudha Wardana dan staf bersama WBP.

Sutarno menerangkan bahwa panen sayuran dengan metode hidroponik ini bukti keberhasilan program pembinaan kemandirian bagi WBP.

Kegiatan SAE merujuk pada Undang-Undang (UU) Nomor 22 Tahun 2022 tentang Pemasyarakatan serta Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan.

“Kegiatan budi daya sepenuhnya dilakukan oleh para WBP yang tergabung dalam program asimilasi kerja luar dengan pengawasan petugas,” katanya.

Ia menjelaskan kegiatan SAE bagian dari reintegrasi narapidana ke tengah-tengah masyarakat,  di mana masyarakat dapat melihat secara langsung seluruh proses pembinaan terhadap WBP yang berlangsung di luar lapas.

“Hasil daripada produk sayuran ini kami pasarkan langsung secara konvensional ke masyarakat umum hingga dengan kemitraan,” katanya.

Dia mengharapkan budi daya itu secara berkelanjutan berjalan dengan baik sehingga dapat menghasilkan keluaran berupa peningkatan kualitas dan kuantitas ketahanan pangan, keterampilan WBP, premi dari hasil penjualan produk hingga penerimaan pendapatan negara bukan pajak (PNBP) fungsional. (Ant)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *